Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menargetkan peningkatan ekspor 300 persen atau tiga kali lipat dari tahun ini yang sebesar 184,3 miliar dolar Amerika Serikat.

"Saya mau ekspor naik. Mulai tahun depan, dalam waktu lima tahun akan bisa naik tiga kali lipat," kata Menteri Perdagangan Rachmat Gobel usai serah terima jabatan di Jakarta, Senin.

Rachmat mengatakan bahwa rencana meningkatkan ekspor sebesar 60 persen per tahun tersebut nantinya ditopang dari seluruh sektor yang ada di Indonesia, dan juga ditambah dengan diversifikasi pasar atau dengan memasuki pasar-pasar nontradisional yang sudah ada.

Kendati Rachmat menargetkan peningkatan yang mencapai 552,9 miliar dolar AS tersebut, sesungguhnya Kementerian Perdagangan di akhir masa kepemimpinan Muhammad Lutfi beberapa waktu lalu telah menurunkan target ekspor Indonesia 2014 sebesar 5,7 miliar dolar AS.

Target pemerintah pada awal 2014 tercatat sebesar 190 miliar dolar AS. Namun, target tersebut dikoreksi menjadi menjadi 184,3 miliar dolar AS atau hanya mengalami kenaikan 0,9 persen dari kinerja ekspor tahun 2013.

Saat itu, Pemerintah menyatakan bahwa penurunan target ekspor tersebut disebabkan turunnya harga komoditas utama ekspor Indonesia dikarenakan masih belum pulihnya perekonomian dunia dan menekan harga komoditas unggulan Indonesia.

Beberapa harga komoditas tersebut, antara lain crude palm oil (CPO) telah mengalami penurunan harga sebesar 21,7 persen dari 928 dolar AS per metrik ton menjadi 726 dolar AS per metrik ton, batu bara turun 15,4 persen dari 78,6 dolar AS/MT menjadi 66,4 dolar AS/MT.

Selain itu, karet juga mengalami penurunan yang cukup tajam mencapai 28,79 persen, dari sebelumnya 2.230 dolar AS/ton menjadi 1.588 dolar AS/ton, tembaga turun enam persen dari sebelumnya 7.291 dolar AS/MT menjadi 6.782 dolar AS/MT, dan bijih besi yang turun lebih dari 35 persen dari 128 dolar AS/MT menjadi 82 dolar AS/MT.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, secara kumulatif kinerja ekspor Indonesia untuk periode Januari--Agustus 2014 mencapai 117,42 miliar dolar AS atau menurun 1,52 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2013.

Sementara itu, impor, untuk periode yang sama, tercatat mencapai 118,83 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 4,82 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama 2013.

Dengan demikian, defisit neraca perdagangan Indonesia untuk Januari--Agustus 2014 mencapai 1,41 miliar dolar AS kendati neraca perdagangan nonmigas mampu mengantongi surplus sebesar 7,18 miliar dolar AS. Namun, harus tertekan dengan defisit neraca perdagangan migas sebesar 8,59 miliar dolar AS.