Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, melemah 28 poin menjadi Rp12.097 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.069 per dolar AS.

Analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan mata uang rupiah berbalik arah ke area negatif setelah sempat menguat pada perdagangan sesi pagi menyusul antisipasi pelaku pasar uang terhadap arah program-program kementerian ke depannya.

"Paparan rencana kerja kementerian ke depan yang sedang ditunggu pasar," ujarnya.

Ia menambahkan, ekspektasi hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini yang diperkirakan menghentikan program pembelian obligasinya menambah sentimen negatif bagi mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.

Di sisi lain, lanjut Lukman Leong, belum adanya kepastian waktu tentang kebijakan suku bunga bank sentral AS (Fed rate) juga masih menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan di negara-negara berkembang.

"Setelah program stimulus the Fed berakhir, pasar akan fokus pada kondisi ekonomi AS mengantisipasi program kenaikan Fed rate yang diperkirakan bisa lebih cepat," katanya.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan saat ini the Fed masih dibebankan pada tingkat inflasi yang rendah sehingga bisa menunda kebijakan kenaikan suku bunganya.

"The Fed selalu mempertimbangkan kondisi ekonomi seperti tingkat pengangguran dan inflasi, sejauh ini data itu masih belum mencapai target," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin (27/10) tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.042 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp12.065 per dolar AS.