Kabul (ANTARA News) - Poster tiga perempuan cantik di satu papan merek yang tergantung di satu jalan di pusat kota Kabul, Shahr-e-Now, menarik perhatian pejalan kaki.

Papan merek tersebut, yang bertuliskan "mempercantik mempelai wanita dan pria bisa diterima", menggambarkan keikutsertaan perempuan dalam kegiatan usaha, sosial dan budaya di Afghanistan pasca-Taliban, sebuah perkembangan yang tak terbayangkan selama kekuasaan Taliban --yang digulingkan oleh serbuan militer pimpinan AS pada penghujung 2001.

Berdirinya salon kecantikan dan menjamurnya kegiatan usaha itu telah membantu kaum perempuan mencapai kemampuan untuk memenuhi sendiri kebutuhan mereka di bidang ekonomi.

"Mempercantik diri dan merias pengantin dikenakan biaya 3.000 sampai 5.000 Afghani dan bahkan 10.000 Afghani, tergantung atas jenis bahan yang digunakan dalam proses tersebut dan jumlah perempuan yang menyertai mempelai perempuan ke salon kecantikan," kata seorang anggota staf salon kecantikan yang tak ingin disebutkan jati dirinya kepada Xinhua.

Namun wanita tersebut mengatakan jika seorang mempelai wanita ditemani oleh lima perempuan atau lebih, salon kecantikan memberi potongan harga tapi tidak sampai di bawah 3.000 Afghani, demikian laporan Xinhua . Ia juga menyatakan puas dengan penghasilannya yang lumayan.

Nilai tukar mata uang Afghanistan, Afghani, ke dolar AS saat ini ialah 57,5 Afghani.

Di Afghanistan, yang konservatif, tempat tradisi berurat-akar di dalam masyarakat dan sangat dihormati, seorang perempuan biasanya menghindari pengungkapan namanya kecuali dalam kasus seperti pendaftaran sekolah, pengurusan paspor, atau berobat ke rumah sakit.

Pembukaan salon kecantikan untuk melayani kaum perempuan di Afghanistan pasca-Taliban telah menjadi usaha yang lumrah dan menguntungkan.

Di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, dan kota besar lain, sangat banyak salon kecantikan beroperasi selama beberapa tahun belakangan untuk memberikan layanan buat perempuan yang baru menikah dan anak perempuan.

Arayshgah Humira (Kecantikan Humira), Salon Tofan Beauty, Salon Dunya Beauty, Salon Kecantikan Shar-e-Aros, Majmarsal Beauty, dan lain-lain termasuk salon kecantikan terkenal di Kota Kabul, yang hampir selalu dipenuhi pelanggan.

Namun, kaum pria dilarang memasuki salon kecantikan buat perempuan, kecuali untuk mempelai pria bersama mempelai wanita yang ditemani oleh perempuan kerabat dekat.

"Saya membayar 500 Afghani untuk potong rambut dan 1.000 Afghani buat mewarnai rambut," kata seorang perempuan kepada Xinhua, saat ia keluar dari satu salon kecantikan.

Anggota Taliban, selama enam tahun kekuasaannya --yang runtuh 13 tahun lalu, telah melarang pendidikan buat anak perempuan dan mengurung perempuan di dalam rumah mereka.

Perempuan Afghanistan, setelah 13 tahun ambruknya Taliban, telah berubah drastis. Kini mereka terlibat dalam politik, ekonomi, perdagangan, kegiatan usaha dan seni, termasuk musik dan film.

Perempuan yang berpendidikan dan mereka yang tinggal di kota besar seringkali memilih untuk datang ke salon kecantikan untuk mempercantik diri.

"Setidaknya, sekali atau dua kali saya pergi ke salon kecantikan untuk potong rambut. Namun setiap kali saya pergi ke pesta perkawinan, saya nekat pergi ke salon kecantikan untuk mempercantik diri saya," kata seorang mahasiswi yang tak ingin disebutkan jati dirinya kepada Xinhua.

(Uu.C003)