Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mendukung pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, mengingat subsidi BBM selama ini menjadi beban dalam APBN.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pihaknya menyambut baik apabila wacana kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut nantinya benar-benar direalisasikan sehingga dapat meminimalisir tekanan bagi APBN dan juga memberi ruang fiskal yang lebih besar.

"Kalau seandainya tidak jadi menaikkan harga BBM, tentu akan berdampak kurang baik karena masyarakat sudah memperhitungkan aspek kenaikan harga BBM di 2014," ujar Agus saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat.

Agus menuturkan, pihaknya saat ini masih terus mencermati perkembangan wacana kenaikan harga BBM tersebut. BI sendiri sudah melakukan perhitungan dan simulasi dampak kenaikan harga BBM terhadap laju inflasi sesuai dengan tingkatan besaran harga BBM yang dinaikkan.

Namun, Agus masih enggan menjelaskan kemungkinan ada penyesuaian tingkat suku bunga acuan (BI rate) atau tidak apabila harga BBM bersubsidi jadi dinaikkan oleh pemerintah.

"Kalau belum kita tunggu dulu, nanti saya baru bisa sampaikan pandangan kita kalau sudah putus (dinaikkan)," kata Agus.

Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, apabila harga BBM bersubsidi naik Rp3.000 per liter, kontribusi terhadap inflasi sekitar 3-3,5 persen. Namun, hal tersebut akan tergantung pada second round effect dan third round effect.

Menurut Perry, first round effect akibat kenaikan harga BBM akan menyumbang inflasi 1,5 persen. Sementara itu untuk second round effect tergantung pada tarif angkutan dalam kota dan lainnya.

"Perkiraan kami sekitar 3-3,5 persen itu menghitung second dan third round effect," kata Perry.

Ia menambahkan, dampak kenaikan harga BBM biasanya terasa pada tiga bulan pertama dan pada bulan keempat akan kembali normal.