Palembang (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan cuaca panas yang cukup ekstrem di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) pada puncak musim kemarau sejak September hingga Oktober 2014 ini, belum ada tanda-tanda akan berakhir.


"Cuaca ekstrem yang terjadi sejak September lalu hingga kini belum ada tanda-tanda akan berakhir, padahal pada pertengahan Oktober ini diprakirakan mulai memasuki musim hujan," kata Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumatera Selatan, Indra Purnama, di Palembang, Senin.

Indra berpendapat, wilayah Provinsi Sumsel pada puncak musim kemarau ini masih cukup ekstrem. Sehingga masyarakat diimbau tetap waspada kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang dapat memperparah kabut asap di wilayah ini.



Kabut asap yang melanda Kota Palembang dan sekitarnya sekarang ini sulit diatasi jika kondisi cuaca belum ada tanda-tanda turun hujan.

Ia menjelaskan hujan yang sempat mengguyur wilayah Sumsel selama dua hari pada September disebabkan oleh pengaruh pusat tekanan rendah yang terjadi di barat laut Filipina. Kondisi tersebut menyebabkan tertariknya massa uap air di pantai barat melintasi hampir sebagian besar Pulau Sumatera yang mengakibatkan daerah ini diguyur hujan setelah cukup lama mengalami cuaca atau iklim ekstrem dengan suhu udara panas terik mencapai 35 derajat Celsius.

Menurut dia, melihat perkembangan cuaca sekarang dalam kondisi ekstrem, masyarakat diimbau untuk mempersiapkan diri menghadapi dampak negatif pada puncak musim kemarau sekarang ini.

Kondisi cuaca di Sumsel dalam kondisi ekstrem karena curah hujan sangat sedikit di bawah 100 milimeter, suhu udara mencapai 35 derajat Celsius dengan kelembapan udara nilainya kurang dari 45 persen terutama pada siang hingga sore hari antara pukul 12.00--16.00 WIB, ujar Indra.

(Y009)