Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, menguat 36 poin menjadi Rp12.186 per dolar AS dibandingkan posisi terakhir pekan lalu Rp12.222 per dolar AS.

"Setelah sempat tidak bergerak pada awal sesi pagi, mata uang rupiah mencoba bergerak menguat, diperkirakan salah satu pendorong penguatan rupiah itu dipicu dari faktor teknikal setelah pekan lalu cenderung terdepresiasi," kata Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada.

Penerbitan Obligasi Negara Ritel atau Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri 011 yang cukup diminati investor, ia mengatakan, juga diperkirakan menjadi salah satu faktor pendukung rupiah berada di area positif.

Menurut dia, pemesanan ORI itu sudah mencapai sekitar 87 persen dari total target indikatif pemerintah Rp20 triliun.

"Kondisi itu mengurangi pelemahan rupiah terhadap dolar AS," katanya.

Namun, menurut dia, pergerakan rupiah masih terbatas seperti mata uang negara-negara berkembang lain terhadap dolar AS yang cenderung masih dalam tekanan karena ada kecemasan dari pemulihan perekonomian negara-negara di Eropa.

"Dengan masih adanya sentimen negatif itu dapat menahan kenaikan lanjutan rupiah," kata Reza.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan nilai tukar dolar AS saat ini dibayangi oleh komentar salah satu pejabat the Federal Reserve tentang proyeksi kebijakan moneternya.

"Jika pertumbuhan ekonomi global melemah maka dampaknya bisa ke ekonomi AS dan the Fed untuk menaikan suku bunganya bisa lebih lambat," katanya.