Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara Ani Yudhoyono tidak mampu menahan keharuan. Mata keduanya berkaca-kaca saat menerima rangkaian bunga dari dua pelajar: ini bunga perpisahan.

Peristiwa tidak biasa ini terjadi, Jumat (10/10) sore di Bandar Udara Ngurah Rai, Bali. Keluar dari ruang VVIP menuju pesawat yang akan membawa rombongan pulang ke Jakarta, serombongan anggota TNI/Polri menyuguhkan beberapa lagu mengiringi langkah Presiden dan Ibu Negara.

Tidak jauh dari situ, puluhan orang mengelilingi Presiden. Mereka di antaranya masyarakat, pegawai bandara, anggota TNI/Polri, pramuka, dan pelajar sekolah.

Di tengah kerumunan itu, tiba-tiba dua pelajar sekolah dasar menyodorkan bunga--bunga perpisahan. Presiden dan Ibu Negara menerima bunga tersebut. Tidak ada kata-kata terucap. Mata Presiden dan Ibu Negara, terlihat berkaca-kaca.

Suasana berubah haru. Presiden melangkah pelan. Sebuah spanduk terbentang. Isinya: "Selamat Jalan Bapak Presiden dan Ibu Hj Ani, Kami Selalu Merindukanmu".

Sebelumnya, menjelang tiba di Bandara, sepanjang jalan dari tol Bali--Mandara, ratusan orang berdiri di pinggir jalan. Bendera Merah Putih dilambai-lambaikan menyambut rombongan Presiden.

Mereka seakan menyampaikan salam perpisahan. Melihat masyarakat berdiri sepanjang jalan, rombongan Presiden memperlambat jalan iringin. Presiden membuka kedua kaca jendela mobil, melambaikan tangan. Respon Presiden dan Ibu Negara itu disambut massa dengan memanggil-manggil nama Presiden.

Presiden dan Ibu Negara dua hari di Bali menghadiri Bali Democracy Forum VII di Nusa Dua. Sehari sebelumnya, Presiden dan Ibu Negara di Istana Tampaksiring.

Di sini, keharuan juga terjadi ketika seluruh staf istana mengadakan acara perpisahan dengan Presiden dan Ibu Negara. Sejumlah staf istana tidak mampu membendung air mata ketika Presiden menyampaikan permintaan maaf atas kesalahan yang mungkin terjadi selama berinteraksi dalam sepuluh tahun ini. Perpisahan bagi yang dicintai selalu mengharukan.

Presiden akan mengakhiri masa tugasnya pada 20 Oktober ini, setelah 10 tahun memimpin Indonesia. Bagi masyarakat Bali, Presiden memiliki kenangan mendalam.

Ketika tragedi bom Bali 2005, kondisi ekonomi masyarakat Bali, yang lebih banyak mengantungkan diri dari pariwisata, mengalami penurunan tajam. Wisatawan mancanegara khawatir berkunjung ke Bali. Beberapa hotel tutup, kegiatan ekonomi lesu.

Menghadapi situasi tidak menentu itu, Presiden SBY berupaya keras mengambalikan keadaan. Sejumlah pertemuan internasional dilaksanakan di Bali. Kepala Negara dan tokoh-tokoh internasional diundang untuk hadir. Pelan-pelan, kepercayaan terhadap Bali pulih. Hingga kini, sebagian besar konferensi internasional dilaksanakan di Bali, termasuk KTT APEC dan Bali Democracy Forum.

Presiden terus mendorong kemajuan Bali. Tol Bali-Mandara di atas laut dibangun dan telah digunakan untuk kelancaran lalu lintas darat. Bandar Udara Internasional Ngurah Rai direnovasi dan berdiri sangat megah.

Pada 20 Oktober 2014 ini, masa tugas Presiden berakhir. Sebagai Presiden, yang dipilih langsung rakyat selama dua kali pemilihan, boleh jadi kunjungan ke Bali ini merupakan yang terakhir.

Setelah tugas berakhir, permintaan Presiden kepada masyarakat Bali, sangat sederhana. "Kalau nanti bertemu saya dan Ibu di mana pun, mungkin kami lupa nama dan wajah, sapalah kami. Persaudaraan kita tidak boleh putus. Tuhan Maha Tahu. Kalau kita baik, maka Tuhan akan membalas kebaikan itu ..."

Jumat sore, sebelum pintu pesawat Kepresidenan ditutup, Presiden dan Ibu Negara, melambaikan tangan kepada puluhan orang yang berdiri, mengantarkan Presiden dan Ibu Negara kembali ke Jakarta.

Pesawat bergerak pelan. Spanduk yang bertuliskan "Selamat Jalan Bapak Presiden dan Ibu Hj Ani, Kami Selalu Merindukanmu" tetap terbentang, melambai-lambai ditiup angin. (*)