Menguntungkan bisnis keranjang pasir rotan
10 Oktober 2014 20:46 WIB
ilustrasi--Souvenir Rotan Pekerja menyelesaikan pembuatan keranjang dari rotan pada bimbingan teknis kerajinan souvenir berbahan rotan di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (25/9). Bimbingan teknis itu dilakukan agar pengembangan usaha rotan tidak hanya terfokus pada mebel, tetapi juga souvenir yang pasarnya baik lokal maupun luar negeri cukup menjanjikan. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki) ()
Banjarmasin (ANTARA News) - Pengrajin rotan di Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan mengatakan, saat ini mereka mendapatkan keuntungan yang cukup untuk menopang kebutuhan ekonomi keluarga dari usaha kerajinan keranjang pasir dari rotan.
Salah seorang pengrajin keranjang pasir rotan, Partini di Banjarmasin, Jumat, mengatakan, dalam satu bulan dia bisa mendapatkan keuntungan dari usaha membuat keranjang pasir rotan tersebut tidak kurang dari Rp4 juta.
Hal itu, tambah dia, karena permintaan keranjang rotan dalam setiap harinya selalu ada, dan berapapun keranjang rotan yang dihasilkan oleh para pengrajin selalu habis diborong oleh pengusaha.
Keranjang-keranjang pasir tersebut, tambah dia, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan di Kalimantan Selatan saja, tetapi juga dibawa ke Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan beberapa kabupaten dan kota lainnya di Kalsel.
Saat ini, Partini bersama dengan beberapa karyawannya mampu menghasilkan keranjang pasir antara 30 hingga 40 keranjang pasir per hari.
Keranjang-keranjang tersebut, dijual Partini dengan harga Rp10 ribu per keranjang, setiap keranjang Partini meraup keuntungan sekitar Rp4.750 dengan estimasi biaya, untuk satu keranjang diperlukan rotan satu kilogram dengan harga Rp3 ribu, dan upah pengrajin Rp2.250.
Sehingga, bila keranjang tersebut dijual dengan harga Rp10 ribu, maka keuntungan Partini per keranjang Rp4.750.
"Alhamdulilah, usaha ini mampu mencukupi kebutuhan keluarga, dan saya yakin usaha ini masih akan mampu bertahan cukup lama," katanya.
Kebutuhan keranjang pasir ini memang cukup besar, karena Kalimantan kini sedang dalam proses pembangunan, sehingga keranjang yang biasanya dimanfaatkan untuk mengangkut pasir untuk proyek pembangunan tersebut akan terus dicari.
Sayangnya, peluang ini belum banyak ditangkap oleh masyarakat lainnya, sehingga masyarakat yang memproduksi kerajinan ini masih sangat terbatas.
Partini mengaku, bila ketrampilan membuat keranjang pasir tersebut, didapat secara turun temurun sejak orangtua dan kakek keluarga Partini.
"Tidak banyak orang yang memiliki ketrampilan dan kemampuan membuat keranjang rotan ini," katanya.
Selain keranjang pasir rotan, Partini juga membuat berbagai kerajinan lainnya, antara lain keranjang parsel, dan penyekat ruangan.
Kemudahan mendapatkan bahan baku rotan saat ini menjadi salah satu pendorong masih bertahannya kerajinan keranjang pasir dari rotan.
Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan kebijakan melarang ekspor bahan mentah rotan ke berbagai negara, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku rotan dalam negeri.
Kebijakan tersebut berdampak terhadap tumbuhnya industri kerajinan rotan di Kalsel, dimana pengrajin mengaku mudah mendapatkan bahan baku yang dipasok dari Kalimantan Tengah.
(U004/F003)
Salah seorang pengrajin keranjang pasir rotan, Partini di Banjarmasin, Jumat, mengatakan, dalam satu bulan dia bisa mendapatkan keuntungan dari usaha membuat keranjang pasir rotan tersebut tidak kurang dari Rp4 juta.
Hal itu, tambah dia, karena permintaan keranjang rotan dalam setiap harinya selalu ada, dan berapapun keranjang rotan yang dihasilkan oleh para pengrajin selalu habis diborong oleh pengusaha.
Keranjang-keranjang pasir tersebut, tambah dia, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan di Kalimantan Selatan saja, tetapi juga dibawa ke Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan beberapa kabupaten dan kota lainnya di Kalsel.
Saat ini, Partini bersama dengan beberapa karyawannya mampu menghasilkan keranjang pasir antara 30 hingga 40 keranjang pasir per hari.
Keranjang-keranjang tersebut, dijual Partini dengan harga Rp10 ribu per keranjang, setiap keranjang Partini meraup keuntungan sekitar Rp4.750 dengan estimasi biaya, untuk satu keranjang diperlukan rotan satu kilogram dengan harga Rp3 ribu, dan upah pengrajin Rp2.250.
Sehingga, bila keranjang tersebut dijual dengan harga Rp10 ribu, maka keuntungan Partini per keranjang Rp4.750.
"Alhamdulilah, usaha ini mampu mencukupi kebutuhan keluarga, dan saya yakin usaha ini masih akan mampu bertahan cukup lama," katanya.
Kebutuhan keranjang pasir ini memang cukup besar, karena Kalimantan kini sedang dalam proses pembangunan, sehingga keranjang yang biasanya dimanfaatkan untuk mengangkut pasir untuk proyek pembangunan tersebut akan terus dicari.
Sayangnya, peluang ini belum banyak ditangkap oleh masyarakat lainnya, sehingga masyarakat yang memproduksi kerajinan ini masih sangat terbatas.
Partini mengaku, bila ketrampilan membuat keranjang pasir tersebut, didapat secara turun temurun sejak orangtua dan kakek keluarga Partini.
"Tidak banyak orang yang memiliki ketrampilan dan kemampuan membuat keranjang rotan ini," katanya.
Selain keranjang pasir rotan, Partini juga membuat berbagai kerajinan lainnya, antara lain keranjang parsel, dan penyekat ruangan.
Kemudahan mendapatkan bahan baku rotan saat ini menjadi salah satu pendorong masih bertahannya kerajinan keranjang pasir dari rotan.
Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan kebijakan melarang ekspor bahan mentah rotan ke berbagai negara, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku rotan dalam negeri.
Kebijakan tersebut berdampak terhadap tumbuhnya industri kerajinan rotan di Kalsel, dimana pengrajin mengaku mudah mendapatkan bahan baku yang dipasok dari Kalimantan Tengah.
(U004/F003)
Pewarta: Ulul M
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014
Tags: