Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (DPP PDI-P), Trimedya Panjaitan, menyatakan seleksi calon menteri yang dilakukan oleh presiden terpilih, Joko Widodo-Jusuf Kalla secara tertutup dan tidak mewawancarai calon hanya masalah gaya.




"Itu adalah hak prerogatif beliau dalam melakukan seleksi calon menteri. Pasti beliau melakukan seleksi, hanya bedanya tidak terbuka seperti yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Soal seleksi dilakukan secara terbuka atau tertutup, hanya masalah style saja," kata Trimedya Panjaitan di Jakarta, Jumat.




Dikatakan oleh Trimedya, apa yang dilakukan oleh Jokowi tentu sudah dipertimbangkan dengan matang dalam memilih calon pembantunya.




"Tujuannya baik, Jokowi benar-benar mencari pembantu untuk menjalankan tugas-tugas sebaik mungkin. Sebelum pelantikan, Pak Jokowi akan menyampaikan siapa kandidat yang akan menjadi menteri," ujar anggota DPR RI itu.




Ketika ditanya apakah masyarakat tidak diberikan kesempatan untuk menyampaikan masukan terhadap nama-nama calon menteri yang telah ditunjuk untuk diuji publik, Trimedya mengatakan, hal itu tidak perlu dilakukan.




"Pasti Pak Jokowi sudah dengar, apa yang disampaikan dalam visi dan misinya pasti akan tercermin dalam kabinet nanti. Yang pasti, sangat besar resikonya dan sudah dihitung betul kalau milih orang yang kontraproduktif. Toh waktu Pak SBY mewawancarai calon menteri, partisipasi masyarakat juga tidak ada," kata Trimedya.




Ditegaskan oleh Trimedya, Jokowi akan memilih orang yang sesuai atau kompeten dengan bidangnya.




"Pak Jokowi pasti akan memilih calon menteri yang sesuai dengan kriteria, baik dari sisi akademik, pengalaman, kemampuan yang dimiliki calon. Kita yakin sudah matang dipertimbangkan oleh Jokowi. Jokowi harus bentuk kabinet , tidak resisten dari masyarakat dan pasar," pungkas Trimedya.




Dalam sebuah kesempatan, Jokowi mengaku tidak mewawancarai calon menterinya. Ia hanya akan melihat rekam jejak, integritas, kemampuan leadership dan manajerial. Sehingga calon menteri yang dibidik tidak tahu kalau sedang menjadi target.

(*)