Film bisa jadi media bercerita banyak hal
9 Oktober 2014 21:05 WIB
ilustrasi Film Cahaya Dari Timur (kiri-kanan) bintang film Chicco Jerikho, surtadara Angga Dwimas Sasongko dan musisi Glenn Fredly memberikan keterangan pers rencana peluncuran film Cahaya Dari Timur "Beta Maluku" di Ambon, Maluku, Kamis (16/1). (ANTARA FOTO/Embong Salampessy ()
Jakarta (ANTARA News) - Film bisa menjadi media bercerita soal banyak hal, termasuk di antaranya hal-hal yang selama ini luput atau tak diketahui masyarakat luas.
"Film buat saya bisa menjadi satu media untuk bercerita banyak hal, yang dalam media televisi mungkin tak menarik, tetapi melalui film bisa menarik. Di wilayah Indonesia bagian Timur misalnya, ada banyak kisah menarik yang berbeda dari anggapan yang selama ini ada," ujar sutradara "Cahaya Dari Timur", Angga Sasongko, di Jakarta, Kamis.
Angga mengungkapkan, di sejumlah wilayah yang pernah atau bahkan sering meletus konflik, kebanyakan orang hanya terfokus pada konflik dan melupakan kalau ternyata masih ada sosok-sosok orang yang justru mengibarkan bendera perdamaian.
"Ada satu hal yang seringkali luput dari kita, ketika kita banyak dapat cerita tentang konflik di Ambon, Papua, Poso, Atambua, kita selalu fokus pada seberapa parah konflik, berapa korbannya.
Padahal, di saat bersamaan ada orang-orang yang luput dari kita, orang-orang yang justru membuat perdamaian," ungkap dia.
Pendapat ini diamini sutradara Riri Riza, yang beberapa tahun belakangan ini banyak melakukan perjalanan ke Indonesia bagian Timur.
Riri mengatakan, di balik apa yang masyarakat dengar soal wilayah Timur Indonesia, misalnya soal konflik, masih ada hal-hal lain yang justru menarik, di antaranya soal hubungan manusia dan lansekap.
"Konflik itu kan peristiwa besarnya, di bawah itu masih banyak yang menarik, misalnya tentang hubungan manusia, lansekap," kata dia.
Menurut Riri, film sudah lama terbukti ampuh sebagai media untuk memperkenalkan budaya dengan ekspresi dan emosi dan ekonomi kreatif. "Indonesia telah menjalani dan membuktikannya hampir sepanjang sejarah negeri, walau demikian harus diakui bahwa porsi terbesar sajian di layar bioskop Indonesia adalah film impor dari Hollywood atau hiburan komersial dari Jakarta," ujar dia.(*)
"Film buat saya bisa menjadi satu media untuk bercerita banyak hal, yang dalam media televisi mungkin tak menarik, tetapi melalui film bisa menarik. Di wilayah Indonesia bagian Timur misalnya, ada banyak kisah menarik yang berbeda dari anggapan yang selama ini ada," ujar sutradara "Cahaya Dari Timur", Angga Sasongko, di Jakarta, Kamis.
Angga mengungkapkan, di sejumlah wilayah yang pernah atau bahkan sering meletus konflik, kebanyakan orang hanya terfokus pada konflik dan melupakan kalau ternyata masih ada sosok-sosok orang yang justru mengibarkan bendera perdamaian.
"Ada satu hal yang seringkali luput dari kita, ketika kita banyak dapat cerita tentang konflik di Ambon, Papua, Poso, Atambua, kita selalu fokus pada seberapa parah konflik, berapa korbannya.
Padahal, di saat bersamaan ada orang-orang yang luput dari kita, orang-orang yang justru membuat perdamaian," ungkap dia.
Pendapat ini diamini sutradara Riri Riza, yang beberapa tahun belakangan ini banyak melakukan perjalanan ke Indonesia bagian Timur.
Riri mengatakan, di balik apa yang masyarakat dengar soal wilayah Timur Indonesia, misalnya soal konflik, masih ada hal-hal lain yang justru menarik, di antaranya soal hubungan manusia dan lansekap.
"Konflik itu kan peristiwa besarnya, di bawah itu masih banyak yang menarik, misalnya tentang hubungan manusia, lansekap," kata dia.
Menurut Riri, film sudah lama terbukti ampuh sebagai media untuk memperkenalkan budaya dengan ekspresi dan emosi dan ekonomi kreatif. "Indonesia telah menjalani dan membuktikannya hampir sepanjang sejarah negeri, walau demikian harus diakui bahwa porsi terbesar sajian di layar bioskop Indonesia adalah film impor dari Hollywood atau hiburan komersial dari Jakarta," ujar dia.(*)
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: