Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana mengatakan, pertumbuhan sektor manufaktur menggembirakan karena angkanya lebih tinggi dari total Produk Domestik Bruto Indonesia.

"Kinerja industri nasional sangat membesarkan hati. Sektor manufaktur tumbuh secara signifikan, yakni 6,1 persen pada 2013 dan 5,49 persen pada semester I/2014," kata Agus Tjahajana saat memberi pemaparan pada Seminar Investasi dan Perdagangan 2014 di Jakarta, Kamis.

Agus mengatakan, pertumbuhan industri manufaktur non migas semester I/2014 adalah sebesar 5,49 persen, sementara total PDB pada semester I/2014 adalah sebesar 5,17 persen.

"Proyeksi pertumbuhan industri manufaktur adalah mencapai 5,7 persen pada akhir 2014, sementara pada 2015 diperkirakan tumbuh 6,8 persen dan pada 2020 pertumbuhannya diharapkan mencapai 8,5 persen," kata Agus.

Dengan demikian, Agus menyampaikan bahwa estimasi kebutuhan investasi untuk industri ini akan semakin meningkat, dari Rp210 triliun pada 2014 menjadi Rp270 triliun pada 2015, Rp618 triliun pada 2020, Rp1.000 triliun pada 2025 dan Rp4.150 pada 2035.

Menurutnya, terdapat berbagai peluang investasi pada sektor manufaktur seperti pada industri olahan makanan, farmasi, tekstil, transportasi, elektronik dan peralatan listrik untuk industri inti.

Kemudian, untuk industri pendukung, kesempatan investasi yang besar terdapat pada industri barang modal, permesinan dan industri pendukung jasa. Sementara pada industri hulu, peluang investasi terdapat pada industri agro, logam dasar dan petrokimia serta industri kimia berbasis batu bara.