Petani Majene gagal panen akibat kemarau
8 Oktober 2014 03:24 WIB
Sawah Gowa Kekeringan. Petani melintas di sawahnya yang mengalami kekeringan di Persawahan Samata, Gowa, Sulsel, Sabtu (19/10). BMKG Sulsel memperkirakan musim kemarau di Sulsel akan berlangsung hingga Desember, dan saat ini sejumlah sawah di daerah tersebut mengalami kekeringan akibat kemarau. (ANTARA FOTO/Yusran Uccang) ()
Majene (ANTARA News) - Petani padi Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat am mengalami gagal panen setelah puluhan hektare sawah mereka dilanda kekeringan yang parah.
Saihu, salah seorang petani, di Majene, Rabu, mengatakan, sawah petani di Majene kekeringan selama sebulan terakhir akibat musim kemarau panjang dalam beberapa bulan terakhir.
Ia mengatakan, karena kekeringan itu sawah petani tidak terairi akibat sumber air yakni sungai juga mengalami kekeringan.
Tanaman padi menjadi rusak karena pecah-pecah, sehingga tidak bisa dipanen. "Tanah tempat padi petani berkembang, retak retak akibat tidak adanya air, sehingga petani putus asa, karena gagal panen," katanya.
Menurut dia, kondisi kekeringan akibat musim kemarau itu tidak mampu diantisipasi petani apalagi sebagian besar petani mengandalkan hujan karena sawah mereka adalah sawah tadah hujan.
Sementara sawah petani yang menggunakan sarana irigasi sederhana juga tidak terairi karena sungai mengering.
"Setiap tahun ketika kemarau tiba, sawah petani tidak bisa digarap karena mengering. Petani rugi karena telah mengeluarkan biaya produksi tinggi," katanya.
Dia mengaku petani mengalami kerugian hingga jutaan rupiah karena telah mengeluarkan biaya banyak untuk mengembangkan padinya sepertii membeli bibit dan pupuk.
Sudirman petani lainnya mengatakan, petani hanya bisa pasrah karena gagal panen.
Dia berharap pemerintah dapat mengganti biaya produksi petani dalam mengembangkan padinya agar pada masa tanam berikutnya petani tidak kesulitan modal. (*)
Saihu, salah seorang petani, di Majene, Rabu, mengatakan, sawah petani di Majene kekeringan selama sebulan terakhir akibat musim kemarau panjang dalam beberapa bulan terakhir.
Ia mengatakan, karena kekeringan itu sawah petani tidak terairi akibat sumber air yakni sungai juga mengalami kekeringan.
Tanaman padi menjadi rusak karena pecah-pecah, sehingga tidak bisa dipanen. "Tanah tempat padi petani berkembang, retak retak akibat tidak adanya air, sehingga petani putus asa, karena gagal panen," katanya.
Menurut dia, kondisi kekeringan akibat musim kemarau itu tidak mampu diantisipasi petani apalagi sebagian besar petani mengandalkan hujan karena sawah mereka adalah sawah tadah hujan.
Sementara sawah petani yang menggunakan sarana irigasi sederhana juga tidak terairi karena sungai mengering.
"Setiap tahun ketika kemarau tiba, sawah petani tidak bisa digarap karena mengering. Petani rugi karena telah mengeluarkan biaya produksi tinggi," katanya.
Dia mengaku petani mengalami kerugian hingga jutaan rupiah karena telah mengeluarkan biaya banyak untuk mengembangkan padinya sepertii membeli bibit dan pupuk.
Sudirman petani lainnya mengatakan, petani hanya bisa pasrah karena gagal panen.
Dia berharap pemerintah dapat mengganti biaya produksi petani dalam mengembangkan padinya agar pada masa tanam berikutnya petani tidak kesulitan modal. (*)
Pewarta: M Faisal Hanapi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: