Yogyakarta (ANTARA News) - Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melalui sabdatama yang dibacakan Sri Paduka Paku Alam IX dalam pisowanan memperingati ulang tahun ke-258 Kota Yogyakarta berharap agar pembangunan yang dilakukan selaras dengan potensi masyarakat.

"Kebijakan pembangunan perlu diselaraskan potensi, aspirasi dan kondisi sosial budaya masyarakat sehingga dapat memajukan ekonomi sekaligus mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik," kata Sri Paduka Paku Alam IX saat membacakan sabdatama Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X di Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Selasa malam.

Menurut dia, rangkaian pembangunan yang dilakukan oleh Kota Yogyakarta harus mengarah pada visi yang sudah ditetapkan, yaitu menjadi kota pendidikan yang berkualitas dan berakarkter, menjadi kota pariwisata yang berbudaya, kota jasa yang berwawasan lingkungan dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Di dalam sabdatama tersebut, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memberikan apresiasi kepada Kota Yogyakarta yang menyelenggarakan pesta rakyat dalam memperingati ulang tahun.

"Tema yang diangkat sudah benar karena dengan tema tersebut masyarakat bisa aktif berpartisipasi memeriahkan ulang tahun dan mengerti arti ulang tahun kotanya sehingga semakin mencurahkan cintanya untuk Yogyakarta," katanya.

Di dalam pisowanan tersebut, rombongan Pemerintah Kota Yogyakarta yang terdiri dari seluruh pimpinan satuan kerja perangkat daerah dan perwakilan masyarakat dipimpin langsung oleh Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti dan didampingi sejumlah pejabat seperti Kapolres Kota Yogyakarta Kombes (pol) Slamet Santoso.

Seluruh rombongan dari Pemerintah Kota Yogyakarta mengenakan pakaian tradisional Yogyakarta. Rangkaian pisowanan tersebut juga disampaikan menggunakan Bahasa Jawa.

Sementara itu, Asisten Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengatakan, meskipun sabdatama tersebut tidak disampaikan secara langsung oleh Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan HB X, namun hal tersebut tidak mengurangi makna dari pisowanan.

"Ngarso Dalem maupun Sri Paduka Paku Alam IX adalah dwitunggal yang tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, meskipun Sri Sultan HB X tidak bisa hadir, hal itu tidak mempengaruhi inti acara," kata Aman.

Ia mengatakan, pisowanan tersebut adalah bagian dari silaturahmi untuk meminta petuah. "Petuah yang disampaikan akan menjadi komitmen bersama," katanya.

Seuasi pisowanan, kegiatan dilanjutkan dengan kirab budaya dari Taman Parkir Abu Bakar Ali menuju Titik Nol Kilometer Yogyakarta yang menampilkan berbagai simbol keraton, Tugu Golong Gilig dan potensi dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta. (*)