Kapal AL Korsel dan AL Korut baku tembak
7 Oktober 2014 11:25 WIB
Kapal perang Angkatan Laut Korea Selatan meluncurkan rudal jelajah dalam sebuah simulasi di lokasi yang dirahasiakan, Kamis (14/2). Media setempat melaporkan bahwa kementerian pertahanan telah meluncurkan rudal-rudal jelajah yang dapat menghantam semua bagian dari Korea Utara, setelah Korea Utara kembali melancarkan uji nuklir ketiganya Selasa kemarin. (REUTERS/South Korean Navy/Handout)
Seoul (ANTARA News) - Kapal Angkatan Laut Korea Selatan meluncurkan tembakan peringatan, pada Selasa, setelah kapal patroli Korea Utara melintas di perbatasan laut barat yang disengketakan kedua negara.
"Tidak ada korban di pihak Korsel dan tidak ada satu pun tembakan dari kedua negara bermaksud menghancurkan kapal satu sama lain," kata seorang pejabat pertahanan Korsel.
Ia mengatakan AL Korut sempat meluncurkan tembakan balik sebelum mundur dari laut perbatasan.
Tembakan tersebut merupakan serangan terbaru dalam serangkaian pertikaian serupa dekat Pulau Yeonpyeong yang pernah dibom oleh Korut pada 2010 hingga menewaskan empat orang, dua di antaranya adalah warga sipil.
Wilayah dekat Yeonpyeong telah menjadi arena bentrokan yang menewaskan puluhan angkatan laut kedua negara pada masa lalu.
Selain itu, Kapal angkatan laut Korut kerap kali melintas daerah yang sering disebut Garis Batas Utara, namun dalam hal ini Korut menolak mengakui sebagai batas maritim.
Kebuntuan itu muncul setelah kunjungan mendadak delegasi tingkat tinggi Korut pada akhir pekan yang dihadiri oleh pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un yang bertemu dengan para pejabat Korea Selatan.
Mereka sepakat untuk melanjutkan perundingan terkait peningkatan hubungan yang sempat terhenti sejak Februari 2014.
Peningkatan hubungan ini menjadi terobosan bagi persetuan kedua negara yang secara teknis masih di bawah gencatan senjata sejak perang mereka pada 1950-1953 berakhir.
Sebelumnya pada 2010, kapal angkatan laut Korsel berpatroli di area Yeonpyeong dan tenggelam dalam serangan torpedo hingga menewaskan 46 pelaut saat bertugas.
Akibatnya, Korsel menyalahkan Korut atas serangan itu, namun pihak Pyongyang menyangkal keterlibatannya.
Serangan itu menyebabkan Korsel memutuskan semua hubungan politik dan pertukaran komersial dengan Korut, kecuali zona pabrik di Kaesong, tempat perusahaan Korsel mengoperasikan fasilitas manufaktur mereka.
Beberapa tahun terakhir ini Seoul mengizinkan pada sekelompok kecil warganya untuk mengunjungi Korut, sebagian besar untuk urusan keagamaan dan kemanusiaan.
"Tidak ada korban di pihak Korsel dan tidak ada satu pun tembakan dari kedua negara bermaksud menghancurkan kapal satu sama lain," kata seorang pejabat pertahanan Korsel.
Ia mengatakan AL Korut sempat meluncurkan tembakan balik sebelum mundur dari laut perbatasan.
Tembakan tersebut merupakan serangan terbaru dalam serangkaian pertikaian serupa dekat Pulau Yeonpyeong yang pernah dibom oleh Korut pada 2010 hingga menewaskan empat orang, dua di antaranya adalah warga sipil.
Wilayah dekat Yeonpyeong telah menjadi arena bentrokan yang menewaskan puluhan angkatan laut kedua negara pada masa lalu.
Selain itu, Kapal angkatan laut Korut kerap kali melintas daerah yang sering disebut Garis Batas Utara, namun dalam hal ini Korut menolak mengakui sebagai batas maritim.
Kebuntuan itu muncul setelah kunjungan mendadak delegasi tingkat tinggi Korut pada akhir pekan yang dihadiri oleh pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un yang bertemu dengan para pejabat Korea Selatan.
Mereka sepakat untuk melanjutkan perundingan terkait peningkatan hubungan yang sempat terhenti sejak Februari 2014.
Peningkatan hubungan ini menjadi terobosan bagi persetuan kedua negara yang secara teknis masih di bawah gencatan senjata sejak perang mereka pada 1950-1953 berakhir.
Sebelumnya pada 2010, kapal angkatan laut Korsel berpatroli di area Yeonpyeong dan tenggelam dalam serangan torpedo hingga menewaskan 46 pelaut saat bertugas.
Akibatnya, Korsel menyalahkan Korut atas serangan itu, namun pihak Pyongyang menyangkal keterlibatannya.
Serangan itu menyebabkan Korsel memutuskan semua hubungan politik dan pertukaran komersial dengan Korut, kecuali zona pabrik di Kaesong, tempat perusahaan Korsel mengoperasikan fasilitas manufaktur mereka.
Beberapa tahun terakhir ini Seoul mengizinkan pada sekelompok kecil warganya untuk mengunjungi Korut, sebagian besar untuk urusan keagamaan dan kemanusiaan.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014
Tags: