Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah lima poin dari posisi terakhir pekan lalu menjadi Rp12.165 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan nilai dolar AS terhadap rupiah kembali menguat karena data tenaga kerja Amerika Serikat yang positif meningkatkan spekulasi Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) akan menaikkan suku bunga lebih cepat.

Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat melaporkan data non-farm payrolls atau upah non-pertanian bulan September yang lebih tinggi dari estimasi para ekonom.

Sementara tingkat pengangguran bulan September turun menjadi 5,9 persen dari bulan sebelumnya 6,1 persen.

"Kondisi itu membuat mayoritas mata uang negara-negara berkembang termasuk rupiah masih terbebani," kata dia.

Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa sentimen global terkait potensi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat serta kondisi politik di dalam negeri masih membayangi kurs rupiah.

"Faktor internal dan luar negeri sentimennya belum ada yang cukp mendukung rupiah," katanya.

Menurut dia, kinerja neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit sebesar 318,1 juta dolar AS pada bulan Agustus ikut mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Namun, dia melanjutkan, Bank Indonesia diperkirakan tetap menjaga nilai rupiah agar tetap stabil.