Jakarta (ANTARA News) - Politisi PDIP Pramono Anung menilai kegagalan Koalisi Indonesia Hebat mengajukan paket dalam pemilihan pimpinan DPR periode 2014-2019 bukan karena Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tidak berkomunikasi langsung dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang partainya menentukan suara dalam pemilihan tersebut.

"Apa yang terjadi dalam pemilihan pimpinan DPR tidak bisa kemudian dianggap seakan-akan karena kedua tokoh ini tidak bertemu sehingga mengakibatkan posisi yang seperti ini," kata Pramono di depan Ruang Rapat Paripurna I DPR di Jakarta, Kamis.

Ia mengungkapkan, sejak kemarin PDIP sebenarnya sudah berupaya berkomunikasi dengan SBY dengan mengirimkan beberapa orang utusan, namun ternyata komunikasi tidak terjadi sampai pemilihan pimpinan DPR berlangsung.

"Secara jujur kami ingin sampaikan sebenarnya sejak kemarin Bu Mega telah mengutus Pak Jokowi, JK, Surya Paloh, dan Mbak Puan Maharani untuk bertemu dengan Pak SBY untuk komunikasi tentang beberapa hal, tetapi sampai tadi malam mereka mengatakan belum bisa bertemu dengan Pak SBY," ungkapnya.

"Padahal teman-teman di Partai Demokrat selalu menyampaikan bahwa Pak SBY ingin berkomunikasi dengan Bu Mega," lanjutnya.

Pramono menyatakan upaya komunikasi dari pihaknya justru tidak disambut oleh Ketua Umum Partai Demokrat itu walaupun PDIP sudah mengirimkan utusan.

"Kalau kemarin Pak SBY menerima Pak Jokowi, JK, Surya Paloh, dan Mbak Puan, saya yakin kondisi dan suasana (pemilihan Pimpinan DPR) akan berbeda. Tetapi itu tidak terjadi, karena sampai tadi malam belum ada komunikasi," jelasnya.

HP dimatikan

Sementara, politisi PDIP lainnya, Aria Bima menilai SBY memang sengaja menutup komunikasi dengan mematikan teleponnya.

"Kami sudah berusaha komunikasi tetapi memang HP-nya dimatikan," ujar dia.

Oleh karena itu, PDIP meyakini bergabungnya Partai Demokrat dalam Koalisi Merah Putih (KMP) pada sidang paripurna pemilihan Pimpinan DPR itu memang sudah direncanakan dan sudah bulat dari awal.

"Sebenarnya, rentetan peristiwa sudah jelas bahwa dari awal Pak SBY mendukung Prabowo dalam Pilpres. Saya tidak melihat kalau hanya karena tidak berkomunikasi langsung dengan Bu Mega jadi ada hal yang mengubah sikap itu (sikap terhadap KMP)," ucap Pramono.

Lagi pula, kata dia, Megawati pun sudah mengirim empat orang utusan khusus dari PDIP untuk berkomunikasi dengan SBY.

Partai-partai Koalisi Merah Putih kompak mengusung politisi Partai Golkar Setya Novanto untuk menjabat Ketua DPR RI Periode 2014-2019 dengan empat Wakil Ketua DPR, yakni politisi Gerindra Fadli Zon, politisi Demokrat Agus Hermanto, politisi PAN Taufik Kurniawan, dan politisi PKS Fahri Hamzah.

Sementara itu, PDIP, PKB, Hanura, dan Nasdem "walk out" dari dalam sidang paripurna karena merasa pimpinan sidang, yakni politisi Golkar Popong Otje Djunjunan tidak demokratis, karena tidak mempersilakan anggota untuk berbicara.