Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, melemah 55 poin menjadi Rp12.008 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.953 per dolar AS.

"Faktor negatif eksternal terkait suku bunga acuan AS (Fed rate) serta masih memanasnya konflik geopolitik Rusia dengan Ukraina masih membebani mata uang domestik sehingga rupiah kembali berada di area negatif," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan bahwa sentimen eksternal itu dapat memperlambat perbaikan ekonomi global, maka dampaknya mata uang negara-negara berkembang menjadi kurang diminati pelaku pasar uang.

Dari dalam negeri, lanjut dia, faktor politik terkait hasil sidang paripurna DPR yang menyetujui RUU Pilkada secara tidak langsung dinilai negatif oleh sebagian pelaku pasar keuangan, kondisi itu menambah beban bagi mata uang rupiah.

"Meski sentimennya tidak signifikan namun cukup mempengaruhi pasar uang domestik," katanya.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa indeks dolar AS terhadap serangkaian mata uang utama masih berada di level tinggi menyusul meningkatnya outlook pertumbuhan AS sehingga menambahkan perkiraan the Fed akan bergerak lebih cepat untuk menaikkan suku bunga.

Di sisi lain, lanjut dia, the Fed juga masih tetap pada jalurnya untuk mengakhiri program pembelian obligasi pada bulan Oktober mendatang, sehingga potensi penguatan dolar AS terhadap sebagian besar mata uang masih akan berlanjut.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat (26/9) tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp12.007 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp11.947 per dolar AS. (KR-ZMF/R010)