Jakarta (ANTARA News) - Minimnya infrastruktur dan kebijakan jelas membuat konsep mobil listrik kurang mendapatkan perhatian pengunjung di ajang Indonesia International Motor Show 2014.

Direktur PR Chevrolet - General Motor Indonesia, Maria Sidabutar, mengatakan bahwa kondisi di Indonesia belum siap untuk menerapkan teknologi mobil listrik, sehingga produksi massal tidak mungkin dilakukan oleh pabrikan mobil.

“Mobil listrik apabila diterapkan adalah sebuah produk teknologi baru. Penerapan infrastruktur pendukungnya membutuhkan waktu yang lama, seperti pemasangan power outlet misalnya,” katanya.

Selain itu, Maria juga mengatakan bahwa upaya untuk membawa teknologi baru membutuhkan beberapa syarat yang harus dilalui, seperti homologasi mobil baru melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), pengecekan teknologi yang diterapkan, dan berbagai riset.

“Maka dari itu kami tidak memperkenalkan produk mobil listrik kami, seperti Chevrolet Volt misalnya,” kata Maria.

Head of Media Relation Toyota Astra Motor, Dimas Aska, mengatakan hal serupa terkait kurangnya infrastruktur yang memadai untuk penerapan teknologi mobil listrik secara massal.

Menurutnya, masalah infrastruktur penunjang mobil listrik terjadi di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia saja.

“Mobil full listrik power-nya harus dari luar, harus ada power outlet. Dan itupun minimal harus ada di banyak tempat, tidak hanya di satu kota saja,” katanya.

Di ajang IIMS 2014, Toyota menampilkan mobil hybrid dengan konsep fuel cell vehicle (FCV) yang menggunakan bahan bakar hidrogen murni dan diklaim memiliki emisi nol.