FIFA ingin penyelidikan etis dipublikasikan
24 September 2014 13:14 WIB
Dokumentasi Tim Jerman berfoto bersama trofi Piala Dunia setelah memenangi final melawan Argentina di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brazil, Minggu (13/7). Jerman menjadi juara Piala Dunia 2014 setelah mengalahkan Argentina 1-0 melalui perpanjangan waktu. (REUTERS/Michael Dalder)
Berne, Swiss (ANTARA News) - Anggota Komite Eksekutif FIFA, Ali bin Al Hussein, mengatakan, Selasa, masyarakat mempunyai hak penuh mengetahui isi hasil penyelidikan etis terhadap proses tawar-menawar terkait penyelenggaraan Piala Dunia 2018 dan 2022.
"Demi transparansi, saya percaya laporan mengenai penyelidikan etis yang paling ditunggu itu sangat penting untuk menjamin sistem yang baik di FIFA dengan cara mengungkapkan hasil tersebut sepenuhnya ke masyarakat," kata Al Hussein, melalui akun twitter-nya.
Ia mengatakan hal tersebut akan memajukan dunia sepak bola sekaligus menjaga institusi FIFA demi kepentingannya dalam olahraga.
Menurut dia, seluruh keluarga persepakbolaan beserta sponsor dan pihak yang mengikuti perkembangan sepak bola di dunia berhak tahu tentang isi dari laporan itu.
Komite Etis FIFA saat ini sedang menyelidiki apakah terjadi korupsi dalam proses tawar-menawar empat tahun lalu yang menempatkan Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan Qatar pada 2022.
Mantan pengacara Amerika Serikat yang juga investigator etis FIFA, Michael Garcia, telah menyelesaikan laporannya namun belum dipublikasikan.
Laporan kini berada di tangan seorang hakim berkebangsaan Jerman, Hans Joachim, yang merupakan kepala Bagian Komite Etis FIFA untuk diteliti lebih lanjut.
Keputusan akhir tidak dibuat hingga musim semi ini, bahkan kode etis FIFA yang diberi label rahasia menyatakan hanya keputusan akhir yang telah disampaikan kepada yang bersangkutan yang akan dipublikasikan.
Pada Jumat (19/9) lalu Garcia mengkritisi kurangnya transparansi dalam penyelidikannya. Dia merasa dibatasi kode etis tentang hal yang boleh dipublikasian.
"Sebagai sesuatu yang bersifat umum, saya pikir semakin banyak yang dipublikasikan maka akan semakin banyak pula orang tahu hal-hal apa saja yang telah dilakukan, pihak Qatar pun telah menyangkal tuduhan itu," katanya.
Senin (22/9) lalu, anggota Komite Eksekutif FIFA dari Jerman, Theo Zwanziger, memprediksi Piala Dunia 2022 batal dilaksanakan di Qatar karena kondisi cuaca yang terlampau panas.
"Secara pribadi, saya berpikir pada akhirnya Piala Dunia 2022 tidak dilaksanakan di Qatar," kata mantan presiden Federasi Sepak Bola Jerman, itu dilansir Sport Bild.
Menurut dia, tim medis menyatakan bahwa mereka tidak dapat bertanggung jawab dengan Piala Dunia dengan kondisi yang tidak memungkinkan tersebut.
Zwanziger menambahkan mungkin Qatar bisa mendinginkan stadion namun menurut dia, Piala Dunia tidak menyangkut stadion saja.
"Penggemar dari seluruh dunia akan datang, mereka akan berkeliling di tengah panasnya cuaca, dan kasus pertama yang mengancam jiwa akan menyulut penyelidikan dari pengadilan negeri, hal itu bukan sesuatu yang ingin dijawab anggota Komite Eksekutif FIFA," katanya.
"Demi transparansi, saya percaya laporan mengenai penyelidikan etis yang paling ditunggu itu sangat penting untuk menjamin sistem yang baik di FIFA dengan cara mengungkapkan hasil tersebut sepenuhnya ke masyarakat," kata Al Hussein, melalui akun twitter-nya.
Ia mengatakan hal tersebut akan memajukan dunia sepak bola sekaligus menjaga institusi FIFA demi kepentingannya dalam olahraga.
Menurut dia, seluruh keluarga persepakbolaan beserta sponsor dan pihak yang mengikuti perkembangan sepak bola di dunia berhak tahu tentang isi dari laporan itu.
Komite Etis FIFA saat ini sedang menyelidiki apakah terjadi korupsi dalam proses tawar-menawar empat tahun lalu yang menempatkan Rusia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan Qatar pada 2022.
Mantan pengacara Amerika Serikat yang juga investigator etis FIFA, Michael Garcia, telah menyelesaikan laporannya namun belum dipublikasikan.
Laporan kini berada di tangan seorang hakim berkebangsaan Jerman, Hans Joachim, yang merupakan kepala Bagian Komite Etis FIFA untuk diteliti lebih lanjut.
Keputusan akhir tidak dibuat hingga musim semi ini, bahkan kode etis FIFA yang diberi label rahasia menyatakan hanya keputusan akhir yang telah disampaikan kepada yang bersangkutan yang akan dipublikasikan.
Pada Jumat (19/9) lalu Garcia mengkritisi kurangnya transparansi dalam penyelidikannya. Dia merasa dibatasi kode etis tentang hal yang boleh dipublikasian.
"Sebagai sesuatu yang bersifat umum, saya pikir semakin banyak yang dipublikasikan maka akan semakin banyak pula orang tahu hal-hal apa saja yang telah dilakukan, pihak Qatar pun telah menyangkal tuduhan itu," katanya.
Senin (22/9) lalu, anggota Komite Eksekutif FIFA dari Jerman, Theo Zwanziger, memprediksi Piala Dunia 2022 batal dilaksanakan di Qatar karena kondisi cuaca yang terlampau panas.
"Secara pribadi, saya berpikir pada akhirnya Piala Dunia 2022 tidak dilaksanakan di Qatar," kata mantan presiden Federasi Sepak Bola Jerman, itu dilansir Sport Bild.
Menurut dia, tim medis menyatakan bahwa mereka tidak dapat bertanggung jawab dengan Piala Dunia dengan kondisi yang tidak memungkinkan tersebut.
Zwanziger menambahkan mungkin Qatar bisa mendinginkan stadion namun menurut dia, Piala Dunia tidak menyangkut stadion saja.
"Penggemar dari seluruh dunia akan datang, mereka akan berkeliling di tengah panasnya cuaca, dan kasus pertama yang mengancam jiwa akan menyulut penyelidikan dari pengadilan negeri, hal itu bukan sesuatu yang ingin dijawab anggota Komite Eksekutif FIFA," katanya.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014
Tags: