Kabul (ANTARA News) - Presiden Terpilih Afghanistan Ashraf Ghani mengucapkan selamat kepada warga negaranya atas apa yang ia sebut pemindahan kekuasan demokratis pertama dan berjanji membawa perdamaian, namun mantan saingan dengan siapa ia menandatangani kesepakatan pembagian kekuasaan tidak menghadiri perayaan itu.

Ghani dan Abdullah Abdullah pada Minggu (21/9) mencapai kesepakatan untuk membentuk "pemerintah persatuan", setelah berbulan-bulan bersengketa tentang pemenang sah pemilihan presiden 14 Juni yang berujung pada krisis politik di Afganistan.

"Ini adalah kemenangan besar bagi bangsa Afghanistan yang untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemindahan kekuasaan dipindahkan dari satu presiden terpilih kepada presiden lainnya berdasarkan pemungutan suara," kata Ghani pendukungnya di Kabul.

Di bawah kesepakatan "pemerintah persatuan nasional", Ghani akan menjadi presiden dan Abdullah akan menjadi pemimpin eksekutif - peran baru yang mirip dengan perdana menteri.

"Orang asing mengatakan itu tidak mungkin bagi Afghanistan untuk melakukan pemindahan kekuasaan secara damai," kata Ghani dalam pidato di hadapan kerumunan pendukung yang disiarkan stasiun televisi nasional.

"Sekarang Anda lihat yang terjadi setelah rakyat Afghanistan menunggu hasilnya dengan sangat sabar selama enam bulan," katanya mengacu pada pemilihan putaran pertama pada April.

"Anda memilih untuk kami supaya kami bisa membawa perdamaian dan stabilitas. Stabilitas Afghanistan lebih penting bagi kita daripada apa pun," katanya.

"Tujuan pemerintah persatuan nasional adalah perdamaian. Kita lelah dengan pertumpahan darah," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters. (Uu.H-AK)