Surabaya (ANTARA News) - Petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya menyita 1.440 batang rokok atau sembilan slop rokok dari jamaah calon haji asal Kelompok Terbang (Kloter) 47 dari Kabupaten Probolinggo.

"Calon haji sebenarnya tidak dilarang membawa rokok, tapi maksimal 200 batang atau sebatas kepentingan pribadi, karena itu kelebihannya pasti disita petugas," kata Wakil Sekretaris I PPIH Embarkasi Surabaya, HM Sutarno P di Surabaya, Senin.

Ia menjelaskan jamaah yang ketahuan membawa rokok melebihi ketentuan itu bernama Mustarom yang disimpan dalam koper besar berukuran 32 kilogram, namun sempat dicurigai petugas Angkasa Pura yang memeriksa koper dengan X-Ray.

"Akhirnya, petugas menyita ribuan batang rokok itu, kecuali 200 batang rokok yang boleh dibawa, tapi petugas langsung menyerahkan kepada petugas daerah dari Kemenag Kabupaten Probolinggo," katanya.

Oleh karena itu, keluarga jamaah dapat mengambilnya di Kantor Kemenag Kabupaten Probolinggo, karena petugas daerah langsung membawa pulang, sedang Mustarom sudah terbang ke Tanah Suci pada Minggu (21/9) malam.

"Itu bukan rokok milik saya, pak, tapi titipan teman yang sudah berangkat terlebih dulu," kata Mustarom kepada petugas sebagaimana dikutip staf Humas PPIH Embarkasi Surabaya, Bagus Boediman.

Selain rokok, kejadian menonjol di Embarkasi Surabaya selama musim haji 2014 adalah temuan petugas Imigrasi Surabaya tentang adanya empat calon haji yang diduga menggunakan paspor milik orang lain (manipulasi paspor).

Keempat calhaj dimaksud adalah DSM dan HRS dari Asemrowo, Surabaya, serta NAM dan ANC dari Waru, Sidoarjo. Manipulasi mereka terbongkar saat petugas imigrasi melakukan "screening" paspor pada 10 September 2014 dan kini ditangani Polrestabes Surabaya.

Hingga Kloter 49 (22/9), PPIH Embarkasi Surabaya telah memberangkatkan 21.837 orang ke Tanah Suci yang terdiri dari 21.592 jamaah dan 245 petugas, namun dua di antaranya wafat di Tanah Suci.

Dua jamaah asal Jatim yang wafat di Tanah Suci adalah Masrukah Binti Sajidin (Kloter 7) dan Miseran Budi Harsoyo Bin Karso Kromo (Kloter 14). Selain itu, sembilan calhaj tertunda berangkat karena sakit dan hingga kini masih dirawat di Rumah Sakit Haji (RSH) Surabaya.

"Belasan calhaj yang tertunda berangkat karena sakit itu umumnya terjangkit anemia dan umumnya memang lanjut usia, tapi ada juga yang masih berusia 60-an tahun. Untuk calhaj yang dirawat di Tanah Suci karena sakit mencapai 18 orang," kata Bagus Boediman.