Kerusakan Jembatan Comal berdampak ke tarif bus
22 September 2014 08:13 WIB
Seorang pekerja memeriksa bus di kawasan Terminal Pulogadung, Jakarta, Senin (6/8). Pengusaha angkutan umum berusaha menutup kerugian akibat kerusakan Jembatan Comal dengan menaikkan tarif. (FOTO ANTARA/Dian Dwi Saputra)
Semarang (ANTARA News) - Pengusaha angkutan umum berusaha menutup kerugian akibat kerusakan Jembatan Comal di Pemalang, Jawa Tengah, dengan menaikkan tarif bus non-ekonomi.
Ketua Organisasi Gabungan Angkutan Darat (Organda) Jawa Tengah Karsidi Budi Anggoro di Semarang, Senin, mengatakan pengusaha angkutan umum menaikkan harga tiket sekitar 50 persen dari tarif biasa untuk menekan kerugian.
"Kenaikan harga ini mau tidak mau harus dilakukan mengingat jam perjalanan yang pada akhirnya semakin lama, misalnya untuk waktu tempuh Semarang-Jakarta yang biasanya cukup satu malam menjadi dua sampai tiga malam," jelasnya.
Meski demikian, ia mengatakan, kenaikan tarif masih lebih rendah dibandingkan selama masa Lebaran.
Sebagai gambaran, selama Lebaran lalu harga satu tiket bus naik dari sekitar Rp125 ribu menjadi Rp250 ribu, sedangkan sekarang harga satu tiket yang seharusnya Rp125 ribu naik menjadi Rp175 ribu.
Ia menambahkan, kenaikan tarif hanya berlaku untuk bus nonekonomi.
"Harga tiket tidak berlaku untuk bus ekonomi. Ini tidak masalah bagi pemilik bus yang punya bus ekonomi dan nonekonomi karena bisa melakukan subsidi silang, tetapi sangat memberatkan bagi pengusaha yang hanya memiliki bus ekonomi," jelasnya.
Dia berharap pemerintah memberlakukan tuslah atau pembayaran tambahan untuk penumpang kendaraan umum yang seharusnya melewati Jembatan Comal tapi harus memutar lewat jalur selatan karena jembatan rusak.
"Kalau tidak demikian maka pengusaha transportasi akan mengalami kerugian yang tidak sedikit, kalau mereka rugi tentu berdampak pada tersedatnya operasional kendaraan umum," katanya.
Ketua Organisasi Gabungan Angkutan Darat (Organda) Jawa Tengah Karsidi Budi Anggoro di Semarang, Senin, mengatakan pengusaha angkutan umum menaikkan harga tiket sekitar 50 persen dari tarif biasa untuk menekan kerugian.
"Kenaikan harga ini mau tidak mau harus dilakukan mengingat jam perjalanan yang pada akhirnya semakin lama, misalnya untuk waktu tempuh Semarang-Jakarta yang biasanya cukup satu malam menjadi dua sampai tiga malam," jelasnya.
Meski demikian, ia mengatakan, kenaikan tarif masih lebih rendah dibandingkan selama masa Lebaran.
Sebagai gambaran, selama Lebaran lalu harga satu tiket bus naik dari sekitar Rp125 ribu menjadi Rp250 ribu, sedangkan sekarang harga satu tiket yang seharusnya Rp125 ribu naik menjadi Rp175 ribu.
Ia menambahkan, kenaikan tarif hanya berlaku untuk bus nonekonomi.
"Harga tiket tidak berlaku untuk bus ekonomi. Ini tidak masalah bagi pemilik bus yang punya bus ekonomi dan nonekonomi karena bisa melakukan subsidi silang, tetapi sangat memberatkan bagi pengusaha yang hanya memiliki bus ekonomi," jelasnya.
Dia berharap pemerintah memberlakukan tuslah atau pembayaran tambahan untuk penumpang kendaraan umum yang seharusnya melewati Jembatan Comal tapi harus memutar lewat jalur selatan karena jembatan rusak.
"Kalau tidak demikian maka pengusaha transportasi akan mengalami kerugian yang tidak sedikit, kalau mereka rugi tentu berdampak pada tersedatnya operasional kendaraan umum," katanya.
Pewarta: Aris Wasita Widiastuti
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: