Mataram (ANTARA News) - Penangkapan sejumlah terduga teroris di Kabupaten Bima dan Dompu, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (20/9), bukan didasari atas penembakan tiga aparat yang dalam kasus terakhir menewaskan Kepala Kepolisian Sektor Ambalawi, Iptu Abdul Salam.

"Sejauh ini penangkapan sejumlah terduga teroris yang berlangsung pada Sabtu (20/9), bukan didasari penembakan aparat. Mereka adalah target lama Tim Detasemen Khusus 88/Antiteror," kata Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) Brigjen Pol Sriyono di Mataram, Senin.

Ia mengatakan bahwa dari sejumlah terduga teroris yang tertangkap pada Sabtu (20/9), tiga di antaranya adalah target lama yang terlibat dalam sejumlah aksi teror di beberapa wilayah Indonesia.

"Tiga di antaranya terlibat aksi terorisme, seperti yang terjadi di wilayah Poso dan Dompu," ujar Sriyono kepada wartawan.

Namun tidak dipungkiri kemungkinan adanya keterkaitan antara pelaku dengan aksi penembakan aparat. "Bisa saja ada dugaan keterkaitan dengan kasus penembakan aparat, kita lihat saja nanti hasil pengembangannya," ujarnya.

Dalam aksi penangkapan para terduga teroris di Kabupaten Dompu dan Bima, Sabtu (20/9), Tim Densus 88/Antiteror berhasil mengamankan enam terduga teroris dan satu di antaranya yakni NR tewas tertembak saat penggerebekan di Dompu.

Sehubungan hal tersebut, saat dikonfirmasi wartawan terkait jumlah terduga teroris yang diamankan Tim Densus 88/Antiteror, Sriyono menjawab jumlahnya bukan lima, tapi enam orang, satu di antaranya tewas.

Pelaku yang tertembak yakni NR (23) warga Desa Oo, Kabupaten Dompu. Ia tewas karena hendak melawan saat Tim Densus 88/Antiteror menggerebeknya.

Kemudian, saat disinggung mengenai barang bukti yang berhasil diamankan pihak kepolisian, Brigjen Sriyono menambahkan salah satunya adalah bahan peledak jenis bom.

"Ada bom yang berhasil diamankan Tim Densus 88/Antiteror. Bahan peledak itu ditemukan di tempat NR," ucapnya. (DBP/T007)