Incheon (ANTARA News) - Lifter putra Indonesia Eko Yuli Irawan menyatakan cukup puas dengan medali perunggu di kelas 62 Kg putra pada Asian Games 2014 Incheon, Korsel, Minggu malam.
"Perunggu ini memang sudah selayaknya bagi saya, pesaing saya juara olimpiade dan dunia di Asian Games ini," kata Eko Yuli seusai bertanding.
Pada kompetisi angkat besi di Moonlight festival Garden itu, Eko mengumpulkan total nilai 308 angkatan, masih terpaut jauh dari peraih emas Kim Unguk dari Korut yang mengemas 332 angkatan, dan peraih perak Chen Lijun dari Tiongkok dengan 321 angkatan.
Pada pertandingan angkat besi yang diramaikan dengan kehadiran puluhan warga Korea Utara yang datang menonton untuk memberi dukungan kepada atlet mereka.
Eko Yuli pada angkatan snatch membuka 138 angkatan dan berhasil diangkatnya dengan mulus.
Selanjutnya pada angkatan snatch kedua Eko menaikkan angkatan menjadi 142 kg, dan dia kembali sukses mengangkat barbel.
Pada angkatan ketiga snatch, atlet Indonesia itu menaikkan tiga kilo gram angkatan menjadi 145, dan dia berhasil mengangkat, namun wasit memutuskan atlet Indonesia itu terkena diskualifikasi pada angkatannya karena perubahan posisi telapak tangan.
"Eko dianggap gagal mengangkat barbel oleh wasit karena dianggap ada perubahan posisi tangan, kami berusaha protes, namun wasit tetap pada keputusannya," kata manajer tim Alamsyah Wijaya.
Dengan keputusan itu maka Eko dinyatakan hanya mampu membuat angkatan terbaik 142 kg.
Ketika ditanya dengan hasil perunggu yang didapat Eko, Alamsyah mengatakan memang sulit merobohkan dominasi Korut dan Tiongkok.
"Inginnya sih bisa paling tidak perak, tapi bisa dilihat lawan-lawan Eko adalah lifter kelas dunia," tambah manajer tim itu.
Pada pertarungan angkat clean and jerk, Eko Yuli membuka angkatan 166 Kg dan sukses diangkat, pada angkatan kedua dia menaikkan menjadi 174 dan gagal diangkat.
Kesempatan terakhir pada angkatan ketiga Eko juga gagal mengangkat barbel seberat 174 kg itu sehingga angkatan terbaiknya dinyatakan 166 Kg.
Komentar Eko Yuli setelah raih perunggu di Incheon
21 September 2014 22:19 WIB
Eko Yuli (REUTERS/Dominic Ebenbichler)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014
Tags: