Rupiah melemah jadi Rp12.007 per dolar
18 September 2014 17:20 WIB
Kurs tengah Bank Indonesia, Kamis (18/9), tercatat nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp12.030 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.908 per dolar AS. Selain pada rupiah, koreksi juga terjadi pada mayoritas mata uang di negara-negara berkembang lainnya. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore melemah 38 poin menjadi Rp12.007 per dolar AS dibandingkan posisi terakhir kemarin Rp11.969 per dolar AS.
"Rupiah terdepresiasi menembus level Rp12.000 per dolar AS menyusul sentimen dari hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang diperkirakan menaikan suku bunga lebih tinggi dari espektasi pada 2015 mendatang," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova.
Kondisi itu, menurut dia, mendorong pelaku pasar uang cenderung mengakumulasi mata uang Amerika Serikat.
Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menambahkan, setelah pertemuan The Federal Reserve nilai tukar dolar AS menguat karena pasar mengekspektasikan suku bunga AS (Fed rate) naik lebih cepat setelah program pembelian obligasi The Fed berakhir.
"Median dari proyeksi petinggi The Fed menunjukan, pada akhir tahun 2015 Fed rate dapat mencapai 1,375 persen, itu lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya di bulan Juni yang menunjukan suku bunga Fed akan berada di level 1,125 persen pada akhir tahun 2015," katanya.
Di sisi lain, Rully mengatakan, kebutuhan dolar AS di dalam negeri juga cukup tinggi menyusul kewajiban pembayaran utang negeri (ULN) kuartal III tahun ini.
Menurut laman Bank Indonesia utang luar negeri Indonesia pada akhir Juli 2014 tercatat 290,6 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan posisi akhir Juni 2014 sebesar 284,9 miliar dolar AS.
"Rupiah terdepresiasi menembus level Rp12.000 per dolar AS menyusul sentimen dari hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang diperkirakan menaikan suku bunga lebih tinggi dari espektasi pada 2015 mendatang," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova.
Kondisi itu, menurut dia, mendorong pelaku pasar uang cenderung mengakumulasi mata uang Amerika Serikat.
Analis Monex Investindo Futures Zulfirman Basir menambahkan, setelah pertemuan The Federal Reserve nilai tukar dolar AS menguat karena pasar mengekspektasikan suku bunga AS (Fed rate) naik lebih cepat setelah program pembelian obligasi The Fed berakhir.
"Median dari proyeksi petinggi The Fed menunjukan, pada akhir tahun 2015 Fed rate dapat mencapai 1,375 persen, itu lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya di bulan Juni yang menunjukan suku bunga Fed akan berada di level 1,125 persen pada akhir tahun 2015," katanya.
Di sisi lain, Rully mengatakan, kebutuhan dolar AS di dalam negeri juga cukup tinggi menyusul kewajiban pembayaran utang negeri (ULN) kuartal III tahun ini.
Menurut laman Bank Indonesia utang luar negeri Indonesia pada akhir Juli 2014 tercatat 290,6 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan posisi akhir Juni 2014 sebesar 284,9 miliar dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: