Jakarta (ANTARANews) – Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) yang berlangsung mulai 18-28 September 2014, Toyota tampil dengan “Ke-Indonesia-an” yang sangat kental.

Dua booth seluas 2.850 meter persegi yang menandai keberadaan merek terkemuka itu, bakal didominasi desain merah putih.

Sesuai dengan tema yang disematkan Toyota pada ajang IIMS kali ini, “Creating Tomorrow for Indonesia,” merek mobil terkemuka dari Jepang itu ingin menyatakan komitmennya kepada negeri ini.

Seperti yang dikemukakan Wakil Presiden Direktur PT Toyota-Astra Motor (TAM), Suparno Djasmin, pihaknya ingin mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui pengembangan industri otomotif nasional, sehingga negeri ini memiliki daya saing tinggi di sektor tersebut.

"Ini akan terus berlanjut ke masa-masa datang melalui pengembangan produksi, pasar, ekspor, maupun program lingkungan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia," ujarnya.

Hal itu dibuktikan, setidaknya selama 43 tahun keberdaannya di Indonesia, Toyota terus meningkatkan jumlah varian mobil yang diproduksnya di Indonesia. Menurut Direktur Pemasaran TAM, Rachmat Samulo, lebih dari 90 persen produk yang dipasarkan Toyota di Indonesia adalah buatan tangan-tangan trampil negeri ini.

Sebut saja sejumlah mobil terlaris saat ini seperti Toyota Avanza dan Kijang Innova. Keduanya adalah kendaraan yang tidak hanya dibuat di Indonesia, tapi juga didesain sesuai dengan selera dan kebutuhan masyarakat di sini. Sehingga tak heran, kendaraan tersebut masih laris manis.

Bahkan selera Indonesia itu kini juga mendunia, karena kedua mobil tersebut juga diekspor ke lebih dari 70 negara. Selain Avanza dan Innova, melalui PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), perusahaan itu juga memproduksi kendaraan laris lainnya seperti Toyota Fortuner, sedan Vios, hatchback Yaris dan adiknya Etios, serta si “bontot” Toyota Agya yang merupakan low cost and green car (LCGC).

"Hanya sekitar 10 persen produk Toyota yang dipasarkan di Indonesia berasal dari impor negara lain," kata Samulo.

Mobil Toyota yang masih diimpor sebagian besar adalah sedan seperti Corolla Altis, Camry, serta Crown. Selain itu ada kendaraan serbaguna (MPV) mewah Alphard dan pickup Hilux yang juga masih impor.

Tidak hanya sekedar produksi, Toyota juga nampak membangun industri otomotif di Indonesia. Hampir semua produk yang diproduksi di sini menggunakan komponen lokal sebanyak 60-85 persen, sehingga memberi dampak berantai yang lebih besar, tidak hanya terhadap kegiatan ekonomi, tapi juga pengembangan sumber daya manusia dan transfer teknologi.

"Dengan capaian ini Toyota Indonesia siap menghadapi berbagai tantangan ke depan khususnya di sektor otomotif," kata Abong, panggilan akrab Suparno Djasmin.

Apalagi sekitar satu tahun lagi Indonesia akan menghadapi pasar bebas di kawasan Asia Tenggara dengan terwujudnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 31 Desember 2015. "Kami yakin bisa bersaong pada MEA nanti," ujarnya optimistis.

Harus diakui Toyota menjadi lokomotif yang mengerek gerbong lainnya, tidak hanya merek Jepang, tapi juga asing lainnya masuk berinvestasi di Indonesi. Komitmen Toyota untuk menambah investasi sekitar Rp26 triliun sampai tahun 2020, seperti yang dikemukan CEO Toyota Motor Corp (TMC) Akio Toyoda, telah memicu banyak pemain otomotif dunia, tidak hanya dari Jepang masuk ke Indonesia.

Bahkan kendaraan serba guna kecil (LMPV) yang mulai dikembangkan dan dipasarkan Toyota sejak lebih dari 10 tahun lalu melalui Avanza, kini menjadi tren yang diikuti pemegang merek (principal) otomotif lainnya karena masih terus diminati masyarakat negeri ini.

Toyota telah menciptakan tren mobil yang "Indonesia Banget" dan peminatnya masih akan terus tumbuh pada masa mendatang.