Jakarta (ANTARA News) - Indonesia meningkatkan kerja sama penanggulangan tumpahan minyak dengan sejumlah organisasi internasional, di antaranya Organisasi Maritim Internasional (IMO) dan Asosiasi Konservasi Lingkungan Industri Minyak Internasional (IPIECA).

Indonesia bisa beroleh keuntungan besar mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak dalam menangani masalah teknis dan hukum terkait kesiapan sistem penanggulangan tumpahan minyak (oil spill).


Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Kementerian Perhubungan, Tri Yuswoyo, dalam pernyataan, di Jakarta, Rabu, menyatakan, guna mencapai itu, ketiga pihak menyelenggarakan lokakarya Rencana Penanggulangan Tumpahan Minyak Nasional, di Jakarta, 16-18 September.




Yuswoyo memaparkan, tujuan lokakarya itu guna memberikan masukan, pengetahuan, dan berbagi pengalaman kepada lembaga-lembaga anggota tim nasional yang menangani kesiapan sistem penanggulangan tumpahan minyak.


Ia mengingatkan, pencemaran lingkungan laut merupakan masalah yang dihadapi masyarakat global dan pengaruhnya juga dapat menjangkau seluruh aktivitas manusia yang berada di lautan.



Selain pemerintah, pihak swasta nasional juga ada yang berkiprah di bidang penanggulangan tumpahan minyak ini, di antaranya PT Leadership Indonesia.




PT Leadership Indonesia ini telah berpengalaman luas dalam pelatihan, pencegahan, dan penanggulangan efek buruk tumpahan minyak di Tanah Air.




Telah banyak instansi dan perusahaan dalam dan luar negeri yang bekerja sama dengan PT Leadership Indonesia dalam pendidikan dan pelatihan SDM ataupun teknik/teknologi terkini, prosedur, dan protokol internasional penanggulangan tumpahan minyak.

Karena sifat laut berbeda dengan darat, kata Yuswoyo, masalah pencemaran laut dapat memengaruhi semua negara pantai, baik negara berkembang maupun negara-negara maju.

"Salah satu yang mengakibatkan pencemaran lingkungan laut adalah musibah tumpahan minyak yang dapat mencemari dan merusak lingkungan laut," katanya.

Ia juga mengatakan, pencemaran dan perusakan lingkungan laut itu juga dapat berasal dari beragam aktivitas, di antaranya pelayaran serta ekspoitasi minyak dan gas.

Indonesia sudah memiliki beberapa pengalaman terkait dengan penanggulangan musibah tumpahan minyak di laut dari kapal, antara lain dari MV Showa Maru dan MT Nagasaki Spirit, di Selat Malaka pada 1975 dan 1992.



Laly kapal tanker MV Evoikos di Selat Singapura (1997), kapal MT Natuna Sea di Pulau Sambu (2000), dan insiden sumur minyak Montara di Laut Timor (2009).




Di tingkat global, musibah tumpahan minyak di pantai barat Alaska dari kapal super tanker MV Exxon Valdez pada 1996 memberi banyak pengalaman berharga, di antaranya penerapan secara massal teknologi pemusnahan residu minyak, yaitu bioremediasi.


"Semua pengalaman itu menegaskan perlu dan penting mengolaborasikan sumber daya lokal, regional, nasional, bahkan internasional," ucap Yuswoyo.