Pertamina atasi perpindahan pengguna elpiji 12kg
16 September 2014 09:46 WIB
Ilustrasi--Dua pekerja membongkar muat tabung elpiji 12 kilogram dan tiga kilogram di salah satu pemasok di Rawa Sari Selatan, Jakarta, Rabu (10/9). (ANTARA FOTO/OJT/Karel A Polakitan)
Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) mengatasi migrasi pengguna elpiji nonsubsidi tabung 12kg ke 3kg bersubsidi pascakenaikan harga elpiji 12kg pada 10 September 2014.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya di Jakarta, Selasa mengatakan, migrasi pengguna pascakenaikan harga hanya bersifat sementara.
"Kami perkirakan potensi migrasi hanya sekitar dua persen atau 18 ribu ton," katanya.
Ia juga meyakini migrasi tidak melampaui kuota elpiji subsidi 3kg yang ditetapkan APBN Perubahan 2014 sebesar 5,013 juta ton.
Menurut Hanung, pihaknya telah mengantisipasi potensi migrasi tersebut dengan menerapkan sistem monitoring elpiji 3kg (simol3k).
"Pengawasan dengan simol3k bisa memastikan penyaluran elpiji 3kg dari agen ke pangkalan," katanya.
Pertamina bisa mengawasi distribusi tabung elpiji 3kg di 3.400 agen dan 143.000 pangkalan di seluruh Indonesia.
Wakil Presiden Elpiji dan Produk Gas Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto mengatakan, berdasarkan pengalaman kenaikan harga elpiji 12 kg pada Januari 2014, migrasi hanya terjadi sebulan pascakenaikan.
"Kali ini, kami yakin lebih cepat karena sosialisasi kenaikan harga elpiji 12 kg yang nonsubsidi ini sudah berjalan sejak Januari lalu," katanya.
Rapat kerja Komisi VII DPR dengan Pelaksana Tugas Menteri ESDM Chairul Tanjung, Senin (15/9), menyepakati kuota elpiji 3 kg dalam RAPBN 2015 sebesar 5,766 juta ton atau 15 persen di atas APBN Perubahan 2014 sebesar 5,013 juta ton.
Kenaikan kuota dikarenakan pertambahan pengguna elpiji 3 kg bersubsidi pascaprogram konversi pada 2014 yang mencapai 1,63 juta paket perdana, peningkatan konsumsi industri mikro sekitar 23 persen, dan pertambahan penduduk 1,38 persen.
Chairul Tanjung, saat raker tersebut, mengatakan, migrasi tidak mungkin dihindari karena ada disparitas harga.
"Namun, sudah dilakukan pengawasan," ujarnya.
Ke depan, lanjutnya, pemerintah akan memperbanyak pemanfaatan jaringan gas kota untuk menekan subsidi.
Per 10 September 2014 pukul 00.00 waktu setempat, Pertamina menaikkan harga elpiji tabung 12 kg sebesar Rp1.500 per kg untuk menekan kerugian bisnis tersebut.
Dengan kenaikan ini, harga jual rata-rata elpiji 12 kg dari Pertamina menjadi Rp 7.569 per kg dari sebelumnya Rp6.069 per kg.
Kenaikan tersebut masih jauh dari harga keekonomian yang mencapai di atas Rp10.000 per kg.
Untuk itu, Pertamina berencana menaikkan lagi harga elpiji 12 kg sebesar Rp1.500 per kg pada 1 Januari 2015.
Selanjutnya, harga elpiji dinaikkan Rp1.500 per kg setiap enam bulan hingga keekonomian.
Per 1 Juli 2015 naik Rp1.500 per kg, 1 Januari 2016 naik Rp1.500 per kg, dan 1 Juli 2016 naik Rp1.500 per kg.
Setelah 1 Juli 2016, harga elpiji diperkirakan sudah mendekati keekonomian.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya di Jakarta, Selasa mengatakan, migrasi pengguna pascakenaikan harga hanya bersifat sementara.
"Kami perkirakan potensi migrasi hanya sekitar dua persen atau 18 ribu ton," katanya.
Ia juga meyakini migrasi tidak melampaui kuota elpiji subsidi 3kg yang ditetapkan APBN Perubahan 2014 sebesar 5,013 juta ton.
Menurut Hanung, pihaknya telah mengantisipasi potensi migrasi tersebut dengan menerapkan sistem monitoring elpiji 3kg (simol3k).
"Pengawasan dengan simol3k bisa memastikan penyaluran elpiji 3kg dari agen ke pangkalan," katanya.
Pertamina bisa mengawasi distribusi tabung elpiji 3kg di 3.400 agen dan 143.000 pangkalan di seluruh Indonesia.
Wakil Presiden Elpiji dan Produk Gas Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto mengatakan, berdasarkan pengalaman kenaikan harga elpiji 12 kg pada Januari 2014, migrasi hanya terjadi sebulan pascakenaikan.
"Kali ini, kami yakin lebih cepat karena sosialisasi kenaikan harga elpiji 12 kg yang nonsubsidi ini sudah berjalan sejak Januari lalu," katanya.
Rapat kerja Komisi VII DPR dengan Pelaksana Tugas Menteri ESDM Chairul Tanjung, Senin (15/9), menyepakati kuota elpiji 3 kg dalam RAPBN 2015 sebesar 5,766 juta ton atau 15 persen di atas APBN Perubahan 2014 sebesar 5,013 juta ton.
Kenaikan kuota dikarenakan pertambahan pengguna elpiji 3 kg bersubsidi pascaprogram konversi pada 2014 yang mencapai 1,63 juta paket perdana, peningkatan konsumsi industri mikro sekitar 23 persen, dan pertambahan penduduk 1,38 persen.
Chairul Tanjung, saat raker tersebut, mengatakan, migrasi tidak mungkin dihindari karena ada disparitas harga.
"Namun, sudah dilakukan pengawasan," ujarnya.
Ke depan, lanjutnya, pemerintah akan memperbanyak pemanfaatan jaringan gas kota untuk menekan subsidi.
Per 10 September 2014 pukul 00.00 waktu setempat, Pertamina menaikkan harga elpiji tabung 12 kg sebesar Rp1.500 per kg untuk menekan kerugian bisnis tersebut.
Dengan kenaikan ini, harga jual rata-rata elpiji 12 kg dari Pertamina menjadi Rp 7.569 per kg dari sebelumnya Rp6.069 per kg.
Kenaikan tersebut masih jauh dari harga keekonomian yang mencapai di atas Rp10.000 per kg.
Untuk itu, Pertamina berencana menaikkan lagi harga elpiji 12 kg sebesar Rp1.500 per kg pada 1 Januari 2015.
Selanjutnya, harga elpiji dinaikkan Rp1.500 per kg setiap enam bulan hingga keekonomian.
Per 1 Juli 2015 naik Rp1.500 per kg, 1 Januari 2016 naik Rp1.500 per kg, dan 1 Juli 2016 naik Rp1.500 per kg.
Setelah 1 Juli 2016, harga elpiji diperkirakan sudah mendekati keekonomian.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014
Tags: