Kualalumpur (ANTARA News/Reuters) - Malaysia akan mengirim lebih dari 20 juta sarung tangan karet kesehatan ke lima negara Afrika, yang memerangi virus maut Ebola, mengatasi kekurangan penting petugas kesehatan, yang kewalahan, kata Perdana Menteri Najib Razak Senin.

Negara Asia Tenggara itu adalah pembuat terkemuka sarung tangan karet, menghasilkan sekitar 60 persen dari pasokan dunia atas sarung tangan lateks untuk kesehatan.

Pejabat kesehatan menyatakan kekurangan sarung tangan karet di negara Afrika, yang terjangkit, menyebabkan lebih banyak kematian dan meningkatan ancaman bahwa virus itu menyebar di antara dokter dan perawat.

Wabah itu sudah menewaskan sekitar 2.400 orang, sebagian besar di Liberia, Guinea dan Sierra Leone tetangganya saat pranata buruk sumber daya kesehatan Afrika Barat tak tertangani.

"Malaysia dapat memberikan iuran khas dan penting untuk melawan Ebola, karena kami salah satu pernghasil terbesar sarung tangan karet," kata pernyataan juru bicara pemerintah Malaysia.

"Kami berharap iuran itu mencegah penyebaran Ebola dan menyelamatkan nyawa," katanya.

Di antara perusahaan pemasok sarung tangan itu adalah Sime Darby, Top Glove Corp Bhd, Kuala Lumpur Kepong, dan IOI Corp, kata kantor Perdana Menteri. Top Glove saja mampu membuat 42 miliar sarung tangan setahun dan mengekspor ke 200 negara.

Saham di perusahaan sarung tangan karet besar mengalir beberapa pekan belakangan akibat peningkatan kekhawatiran bahwa virus itu dapat menyebar.

Malaysia akan mengirimkan 11 peti kemas, masing-masing membawa 1,9 juta sarung tangan, kata pernyataan itu. Liberia, Sierra Leone dan Guinea masing-masing akan menerima tiga peti kemas, sedangkan Nigeria dan Republik Demokratik Kongo masing-masing akan menerima satu peti kemas.

Jumlah penderita Ebola di Afrika Barat meningkat lebih pesat daripada upaya pemerintah setempat mengatasinya, kata Badan Kesehatan Dunia (WHO), dengan mengimbau pekerja kesehatan di seluruh dunia datang membantu ke kawasan tersebut.

Direktur Jenderal WHO Margaret Chan menyatakan kecepatan merebak wabah tersebut memerlukan langkah tanggap darurat besar-besaran.

"Jumlah penderita baru bertambah jauh lebih cepat daripada kemampuan menanganinya. Kita harus bergerak tiga hingga empat kali lebih cepat untuk mengimbangi perkembangan wabah itu," katanya.

Chan mengimbau dukungan dunia untuk mengirimkan dokter, perawat, obat dan bantuan ke negara paling parah terkena dampaknya.

(Uu.B002/H-AK)