Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan akan melakukan kebijakan moneter ketat hingga akhir 2014 untuk menjaga target inflasi tercapai, perbaikan defisit transaksi berjalan, serta mengantisipasi dampak kebijakan ekonomi global.

"Secara umum sampai akhir tahun ini, kondisi masih ketat seperti ini tetap kita pertahankan," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jumat.

Pada Kamis (11/9), Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 7,5 persen selama sebelas bulan terakhir secara berturut-turut.

BI juga memutuskan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,5 persen dan 5,75 persen.

BI menilai, masih terdapat sejumlah risiko dari eksternal dan domestik yang perlu diwaspadai yang dapat mengganggu tercapainya sasaran inflasi dan perbaikan kinerja transaksi berjalan.

"Jadi yang paling utama adalah kita mesti mempersiapkan ekonomi Indonesia untuk kuat dan tetap menjadi prioritas bagi pengelolaan dana yang mungkin akan tertarik (capital outflow) ke Amerika apabila Fed fund rate itu naik," kata Agus.

Oleh karena itu, lanjut Agus, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta kebijakan untuk memperkuat struktur perekonomian domestik.

"BI tentu akan siapkan satu bauran kebijakan yang banyak menekankan di aspek makro prudential. Aspek makro prudential itu kita harapkan akan membuat daya tahan kita dan membuat ekonomi makro moneter kita juga dalam keadaan yang lebih siap apabila hal ini (Fed fund rate) terjadi," ujar Agus.

Agus menambahkan, pihaknya juga akan meningkatkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan agar proses penyesuaian ekonomi dapat berjalan baik dengan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi yang sustainable ke depan.