"Saya Farida", autobiografi maestro balet Indonesia
11 September 2014 20:08 WIB
Dari kiri ke kanan; Yudistira Syuman, Aksana Syuman (Wong Aksan), Djenar Maesa Ayu, Mirna Yulistianti (perwakilan Gramedia) dalam acara peluncuran buku Saya Farida: Sebuah Autobiografi Farida Oetoyo di Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (11/9). (ANTARA News/ Arindra Meodia)
Jakarta (ANTARA News) - "Saya Farida: Sebuah Autobiografi karya Farida Oetoyo" yang merupakan penyusun kurikulum pengajaran sekaligus standar pendidikan balet di Indonesia yang juga Direktur Gedung Kesenian Jakarta dan anggota Dewan Kesenian Jakarta, dari 1987--2001 dirilis hari ini di daerah Kemang, Jakarta Selatan.
Buku autobiografi yang menceritakan banyak peristiwa penting dalam perjalanan hidup Farida Oetoyo diedit oleh penulis kenamaan Djenar Maesa Ayu.
"Mama (Farida Oetoyo) adalah role model bagi saya. Mama itu punya satu sikap dan pikiran yang sudah sedemikian maju pada jamannya, itulah yang membuat saya sampai sekarang kagum, walaupun dia sudah tidak ada tapi spiritnya selalu ada bersama kita," kata Djenar Maesa Ayu.
Sosok Farida yang begitu tangguh dan tak kenal lelah juga tidak hanya dilihat oleh anak-anak kandungnya, namun juga anak didiknya.
"Buat saya dia seorang guru, guru yang sangat berpengalaman, saya banyak belajar dari dia," kata Yudistira Syuman, anak pertama Farida Oetoyo.
"Dia adalah sosok yang tidak kenal lelah, dan itu dia buktikan hingga akhir hayatnya. Dia seorang yang sangat tangguh, dan itu pembelajaran buat saya. Tanpa banyak filosofi tapi dia melakukan," Aksana Syuman (Wong Aksan) anak kedua Farida Oetoyo.
"Dia selalu bilang "Kamu lebih dari ini," dia telah melakukan banyak hal, seakan-akan dia bilang "Saya saja bisa masa kamu tidak?", Dia mengubah hidup saya. Saya berhutang banyak dengan Ibu Fari," kata Nindia, mantan murid yang sekarang mencoba meneruskan sekolah balet milik Farida Oetoyo.
Buku ini berisi 40 chapter dengan chapter terakhir Conclusion yang ditulis Farida pada saat sakit, saat-saat akhir hidupnya yang menceritakan kesimpulannya terhadap hidup dan bagaimana dia menemukan cinta yang begitu besar untuk Yudi dan Ahsan, anak-anaknya.
"Buku ini buat saya, 'it's a very good book', semoga dengan adanya buku ini orang-orang bisa banyak belajar," tambah Djenar.
Buku autobiografi yang menceritakan banyak peristiwa penting dalam perjalanan hidup Farida Oetoyo diedit oleh penulis kenamaan Djenar Maesa Ayu.
"Mama (Farida Oetoyo) adalah role model bagi saya. Mama itu punya satu sikap dan pikiran yang sudah sedemikian maju pada jamannya, itulah yang membuat saya sampai sekarang kagum, walaupun dia sudah tidak ada tapi spiritnya selalu ada bersama kita," kata Djenar Maesa Ayu.
Sosok Farida yang begitu tangguh dan tak kenal lelah juga tidak hanya dilihat oleh anak-anak kandungnya, namun juga anak didiknya.
"Buat saya dia seorang guru, guru yang sangat berpengalaman, saya banyak belajar dari dia," kata Yudistira Syuman, anak pertama Farida Oetoyo.
"Dia adalah sosok yang tidak kenal lelah, dan itu dia buktikan hingga akhir hayatnya. Dia seorang yang sangat tangguh, dan itu pembelajaran buat saya. Tanpa banyak filosofi tapi dia melakukan," Aksana Syuman (Wong Aksan) anak kedua Farida Oetoyo.
"Dia selalu bilang "Kamu lebih dari ini," dia telah melakukan banyak hal, seakan-akan dia bilang "Saya saja bisa masa kamu tidak?", Dia mengubah hidup saya. Saya berhutang banyak dengan Ibu Fari," kata Nindia, mantan murid yang sekarang mencoba meneruskan sekolah balet milik Farida Oetoyo.
Buku ini berisi 40 chapter dengan chapter terakhir Conclusion yang ditulis Farida pada saat sakit, saat-saat akhir hidupnya yang menceritakan kesimpulannya terhadap hidup dan bagaimana dia menemukan cinta yang begitu besar untuk Yudi dan Ahsan, anak-anaknya.
"Buku ini buat saya, 'it's a very good book', semoga dengan adanya buku ini orang-orang bisa banyak belajar," tambah Djenar.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014
Tags: