Tersangka kasus Ebola diselidiki di Italia
10 September 2014 02:11 WIB
Petugas kesehatan mengawal seorang pasien Ebola yang melarikan diri dari karantina Rumah Sakit Elwa Monrovia di pusat kota Paynesville, Liberia, dalam potongan video yang diambil Senin (1/9) lalu. Pasien yang mengenakan tanda bahwa ia positif mengidap Ebola, mengacungkan tongkat dan berusaha melarikan diri dari para dokter saat mereka tiba di tempat kejadian untuk menahannya. Pasien itu berjalan ke sebuah pasar untuk mencari makan. (REUTERS/Reuters TV )
Roma (ANTARA News) - Dokter Italia sedang menyelidiki seorang pasien dicurigai Ebola di Italia tengah, kata Departemen Kesehatan di Roma, Selasa.
Kementerian itu tidak memberikan rincian lebih lanjut, namun surat kabar lokal Corriere Adriatico mengatakan, perempuan, penduduk kota Civitanova Marche dekat Ancona, sekitar berusia 40-tahun, dan baru saja kembali ke Italia dari Nigeria.
Rumah sakit di Ancona di mana dia telah ditransfer menolak memberikan komentar.
Tidak ada komentar segera tersedia dari pihak berwenang kesehatan di daerah itu.
Jika dikonfirmasi, kasus ini akan menjadi contoh pertama diketahui kasus Ebola di Italia.
Sementara menurut laporan AFP dari Washington, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan dalam satu wawancara yang disiarkan Minggu, bahwa militer AS akan membantu dalam memerangi menyebar cepatnya Ebola di Afrika, tetapi mengatakan itu hendaknya dilakukan beberapa bulan sebelum epidemi melambat.
Obama mengatakan bahwa, dalam bentuknya saat ini, ia tidak percaya Ebola akan mencapai Amerika Serikat, tetapi memperingatkan virus tersebut dapat bermutasi dan menjadi ancaman jauh lebih besar bagi orang-orang di luar Afrika.
Presiden berpendapat bahwa jumlah korban penyakit mematikan itu sedang diperburuk oleh infrastruktur dasar kesehatan masyarakat di Afrika.
Dia mengatakan, "jika kita tidak melakukan upaya itu sekarang, penyakit ini akan menyebar tidak hanya di seluruh Afrika, tetapi juga bagian-bagian lain dunia, dan ada prospek kemudian bahwa virus itu bermutasi."
"Viru itu akan menjadi lebih mudah menular. Dan kemudian itu bisa menjadi bahaya serius bagi Amerika Serikat."
Jumlah korban tewas dari epidemi Ebola - yang menyebar paling parah di Afrika Barat, termasuk Liberia, Guinea, Sierra Leone - mencapai 2.000 dari hampir 4.000 orang yang telah terinfeksi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demikian AFP.
(H-AK)
Kementerian itu tidak memberikan rincian lebih lanjut, namun surat kabar lokal Corriere Adriatico mengatakan, perempuan, penduduk kota Civitanova Marche dekat Ancona, sekitar berusia 40-tahun, dan baru saja kembali ke Italia dari Nigeria.
Rumah sakit di Ancona di mana dia telah ditransfer menolak memberikan komentar.
Tidak ada komentar segera tersedia dari pihak berwenang kesehatan di daerah itu.
Jika dikonfirmasi, kasus ini akan menjadi contoh pertama diketahui kasus Ebola di Italia.
Sementara menurut laporan AFP dari Washington, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan dalam satu wawancara yang disiarkan Minggu, bahwa militer AS akan membantu dalam memerangi menyebar cepatnya Ebola di Afrika, tetapi mengatakan itu hendaknya dilakukan beberapa bulan sebelum epidemi melambat.
Obama mengatakan bahwa, dalam bentuknya saat ini, ia tidak percaya Ebola akan mencapai Amerika Serikat, tetapi memperingatkan virus tersebut dapat bermutasi dan menjadi ancaman jauh lebih besar bagi orang-orang di luar Afrika.
Presiden berpendapat bahwa jumlah korban penyakit mematikan itu sedang diperburuk oleh infrastruktur dasar kesehatan masyarakat di Afrika.
Dia mengatakan, "jika kita tidak melakukan upaya itu sekarang, penyakit ini akan menyebar tidak hanya di seluruh Afrika, tetapi juga bagian-bagian lain dunia, dan ada prospek kemudian bahwa virus itu bermutasi."
"Viru itu akan menjadi lebih mudah menular. Dan kemudian itu bisa menjadi bahaya serius bagi Amerika Serikat."
Jumlah korban tewas dari epidemi Ebola - yang menyebar paling parah di Afrika Barat, termasuk Liberia, Guinea, Sierra Leone - mencapai 2.000 dari hampir 4.000 orang yang telah terinfeksi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demikian AFP.
(H-AK)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: