Samarinda (ANTARA News) - Kabut asap kembali menyelimuti beberapa kota dan bandara di Kaltim, sehingga terjadi penundaan atau pembatalan penerbangan, kemungkinan akibat masih maraknya pembakaran lahan dan kebakaran hutan. Kabut asap dilaporkan terjadi di beberapa daerah, Selasa, seperti di Bandara Kalimarau Berau, Bandara Juata Tarakan dan Bandara Agatis Bulungan. Sebenarnya, kabut asap mulai berkurang saat terjadi hujan di berbagai kota di Kaltim beberapa hari sejak Lebaran 1427 H (25, 26 dan 27 Oktober 2006), namun kini daerah itu kembali diselimuti kabut asap akibat tidak ada hujan serta terus terjadi pembakaran lahan. Daerah terparah menderita kabut asap adalah Kabupaten Berau, sehingga jarak pandang kurang dari satu kilometer. Kabut asap di Bandara Kalimarau Berau menyebabkan beberapa penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan dari dan ke "Kota Batiwakkal" itu. Hal yang sama juga terjadi di Bulungan, namun tidak begitu parah, sehingga penerbangan hanya ditunda tidak dibatalkan dari dan ke "Kota Beriman" tersebut. Bandara Internasional Juata Tarakan yang terletak di tepi laut cukup menguntungkan, karena kabut asap dengan cepat tersapu angin. Kabut asap selain karena kebakaran hutan, diduga karena ulah peladang yang membakar lahannya seperti terlihat di kiri-kanan jalan Lintas Kalimantan pada poros utara, yakni yang menghubungkan Samarinda-Bontang-Kutai Timur-Berau-Bulungan-Nunukan-Malinau. Kepala BMG Bandara Temindung, Yusman, menyatakan bahwa melihat kecenderungan perubahan cuaca, maka diprakirakan sejumlah kawasan di Kaltim berpotensi mengalami penomena alam El nino, sehingga berdampak semakin panjangnya kemarau hingga tiga bulan ke depan. "Terlihat kenaikan suhu di kawasan Samudra Pasifik mencapai 1 derajat Celsius ketimbang suhu rata-rata yang mencapai 29 derajat Celsius. Meningkatnya suhu di kawasan Samudra Pasifik ini akan berdampak pada tingkat kekeringan atau kemarau di Kaltim, sehingga akan berlangsung lebih lama," kata Yusman. Dia menyebutkan berdasarkan prakiraan cuaca seharusnya mulai oktober tahun ini Kaltim sudah memasuki musim hujan, tetapi kenyataannya belum dan sebaliknya cuaca semakin panas. Melihat kondisi cuaca itu, maka diperkirakan musim kemarau akan berlanjut hingga dua atau tiga bulan ke depan, sehubungan hingga kini hujan juga belum turun secara merata. (*)