Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak menguat sebesar 44 poin menjadi Rp11.715 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.759 per dolar AS.

"Mata uang rupiah menguat seiring dengan penerbitan sukuk global senilai 1,5 miliar dolar AS oleh pemerintah Indonesia yang cukup diapresiasi oleh investor. Ini menunjukkan investor masih percaya terhadap ekonomi domestik," kata Analis Riset Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada.

Ia mengemukakan bahwa stabilitas ekonomi Indonesia dalam kondisi baik dan diperkirakan dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 5,1 persen di tengah gejolak global. Sukuk global yang diterbitkan pemerintah sebesar 1,5 miliar dolar AS itu memiliki tenor 10 tahun yang akan jatuh tempo pada tahun 2024.

Di sisi lain, lanjut dia, melemahnya sektor ketenagakerjaan AS membuat pelaku pasar cenderung melepas dolar AS sehingga laju mata uang Amerika Serikat pun terdepresiasi terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia setelah beberapa hari sebelumnya mengalami kenaikan.

"Pelaku pasar menilai jika sektor ketenagakerjaan AS belum sepenuhnya stabil maka bank sentral AS (the Fed) belum tentu akan menaikan suku bunganya lebih cepat," katanya..

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan, menurunnya data ketenagakerjaan AS mengikis optimisme pasar terhadap ekonomi AS dan memunculkan ekspektasi bahwa the Fed akan menjaga suku bunganya di level rendah untuk jangka waktu lebih lama.

Ia memaparkan bahwa Departemen Tenaga Kerja AS merilis data "Non Farm Payrolls" tumbuh 142.000 pada bulan Agustus, atau jauh di bawah ekspektasi kenaikan 225.000.

"The Fed diperkirakan mempertimbangkan kembali untuk menaikan suku bunganya lebih cepat. Data yang dibawah estimasi juga akan membuat pelaku pasar berhati-hati," katanya.