Medan (ANTARA News) - Tangkapan nelayan tradisional di Kabupaten Batubara, Sumatera utara, dalam tiga pekan ini semakin menurun, akibat kelangkaan untuk mendapatkan bahan bakar solar.

"Solar sulit diperoleh nelayan tradisional yang akan pergi menangkap ikan ke laut, sehingga tangkapan semakain berukurang," kata Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Batubara, Edy Alwi dihubungi dari Medan, Minggu.

Biasanya hasil tangkapan nelayan pemancing di perairan Batubara, menurut dia, mampu mendapatkan ikan kakap mencapai 60 kg hingga 80 kg per hari.

"Saat terjadinya kelangkaan solar pada dua minggu lebih ini, tangkapan ikan menurun drastis dan hanya mampu diperoleh 40 kg per hari," ucap Edy.

Begitu juga hasil tangkapan nelayan pukat cincin mampu mencapai 400 hingga 500 kg selama beberapa hari di laut, namun belakangan ini jatuh merosot dan hanya diperoleh 150 kg.

"Kehidupan nelayan di Kabupaten Batubara, mulai terancam dan mereka juga banyak yang tidak melaut, akibat kelangkaan bahan bakar solar yang diperoleh dari Sentral Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN)," ujarnya.

Edy menambahkan, semakin berkurangnya hasil tangkapan ikan tersebut, juga akibat pasokan solar yang dibatasi untuk nelayan, sehingga operasi kapal boat nelayan juga terbatas.

Pada hari-hari biasanya nelayan kapal pukat cincin mencari ikan ke laut selama tiga hingga lima hari, karena stok dan persediaan solar cukup.

Belakangan ini nelayan tersebut pergi mencari ikan ke laut hanya selama dua hari, karena keterbatasan bahan bakar solar.

"Jika, kesulitan mendapatkan bahan bakar solar bersubsidi ini masih terus dialami nelayan di Batubara, maka mereka menjadi pengangguran dan tidak pergi ke laut," kata orang pertama di HNSI Batubara.

Dia menyebutkan, harga ikan yang dijual di Batubara tidak hanya mengalami kenaikan, tetapi juga sudah mulai sulit mendapatkannya.

"Saat ini diperkirakan hampir 500 dari jumlah 800 nelayan tradisional Batubara yang memiliki kapal boat tidak ke laut, karena kelangkaan solar di daerah tersebut," kata Edy.