Jakarta (ANTARA News) - Ingin mengetahui kemudian menerapkan apa itu bekerja? Silakan berhenti sejenak dari rutinitas makan, minum dan tertawa terbahak-bahak di ruang rapat tanpa menghasilkan rentetan karya nyata, bukan karya berupa omong-omong berbalut diskusi pepesan kosong.

Singkat kata, bekerja itu bukti, bukti, dan bukti! Bekerja dengan bukti karya, diniatkan sedari awal oleh rekrutan anyar Arsenal, Danny Welbeck.

The Gunners di bawah asuhan pelatih Arsene Wenger mampu berkarya dengan memboyong striker Manchester United (MU) itu ke markas Emirates dengan mahar sebanyak 16 juta pound atau sekitar Rp310 miliar. Kesungguhan kubu Arsenal inilah yang disebut sebagai bekerja dengan bukti nyata.

Kalau seseorang mengajukan pertanyaan, apa pekerjaan Anda? Jawaban yang diberikan lebih mencerminkan siapa diri Anda, meski jenis pekerjaan yang sedang digeluti tidak serta merta dapat disimpulkan siapa diri Anda sesungguhnya.

Dengan bekerja dan berkarya, seseorang dapat mencetuskan status diri pribadi. Bekerja tentunya tidak sama dengan hanya makan, minum dan tertawa terbahak-bahak di ruang rapat institusi.

Welbeck telah bekerja. Ia telah bermain sebanyak 142 kali untuk tim senior United dan mencetak 29 gol. Ia akhirnya mengucapkan sayonara kepada Old Trafford. Pelatih asal Belanda Louis Van Gaal tidak merasa ngepas benar dengan gaya penampilan Welbeck.

Meneer Van Gaal bekerja dengan berkarya untuk meraih sukses. Buah dari bekerja dengan berkarya yaksi sukses. Hanya saja, pelatih gaek asal Belanda itu dituding ingin meraih sukses dengan jalan instan belaka, karena ia membuang Welbeck yang nota bene hasil didikan akademi United.

Ramai-ramai pencinta sejati United menuding bahwa Van Gaal hendaknya tidak mengulangi dosa asal dari para pembaru, yakni jangan sekali-kali melupakan sejarah (jas merah).

Di bawah arahan Sir Alex Ferguson, United merajut sukses di periode 1990-an dengan memanggil dan memainkan para pemain jebolan akademi United seperti David Beckham, Ryan Giggs dan Paul Scholes.

Baik Ferguson maupun Van Gaal sama-sama tersihir oleh daya pikat sukses dengan bekerja. Kedua pelatih sarat pengalaman itu sama-sama menggenapi salah satu dogma kehidupan "survival of the fittest".

Kedua pelatih meraih dan mengusahakan asa sukses dengan bekerja, karena keduanya mengetahui bahwa bekerja sejatinya merupakan tanda dari kehidupan yang dinamis.

Kini, Wenger menanti hasil kerja Welbeck di Arsenal. Pemain berusia 23 tahun itu asalinya hendak memberi sesuatu yang baru dengan memberi bukti, bukan sekedar mengumbar kata-kata.

Welbeck punya kecepatan dan keberanian sebagai pemain depan untuk mengeksekusi setiap umpan dari sesama rekan tim ke gawang lawan.

Wenger tahu betul kemampuan pemain ini. Hanya saja, kini pelatih asal Prancis itu menghadapi pekerjaan rumah, yakni apakah Danny Welbeck atau Olivier Giroud benar-benar siap menerima tugas sebagai algojo di lini depan?

Sebelum menyaksikan bukti kerja dari Welbeck dan Giroud di Arsenal, lantas manajer berjuluk "Profesor" itu perlu memahami bahwa sukses bukanlah segalanya. Kalau bukan sukses, maka lantas nilai esensial apa yang perlu digali oleh Wenger dengan kehadiran Welbeck?

Welbeck dikenal sebagai pemain yang lugas dan mampu menempati posisi sebagai pemain sayap. Masalahnya, The Gunners telah disesaki oleh sejumlah gelandang yang memiliki nilai tambah, yakni Santi Cazorla, Theo Walcott, Alex Oxlade-Chamberlain, Alexis Sanchez dan Mesut Oezil.

Jika diibanding-bandingkan dengan striker asal Prancis Giroud, maka Welbeck merupakan salah satu konsekwensi dari amatan cermat Wenger. Yang nyata adalah yang memberi bukti ketika bekerja, inilah tesis dari Wenger ketika membesut Arsenal.

Di mata Wenger, nyata-nyata Welbeck mampu menjalin kerjasama padu bersama dengan Wayne Rooney dan Robin Van Persie ketika ketiganya memperkuat skuat Setan Merah. Ketiga pemain itu nyekrup untuk meneror pertahanan lawan. Ketiga pemain itu mampu "menari" di lapangan dengan alunan melodi yang sama.

Hanya saja, Welbeck perlu terus menajamkan naluri mencetak gol, jika ingin bersaing dengan Cazorla, Walcott, Oxlade-Chamberlain, Sanchez dan Oezil.

Salah satu pertaruhan dari Arsenal di musim kompetisi 2014/15, yakni lebih mendayagunakan barisan depan dengan mencetak gol sebanyak mungkin. Ini proyek The Gunners, dan Welbeck berada di dalamnya sebagai penggawa yang mau dan tahu terlibat aktif.

Wenger bersikap dan bertindak pragmatis, artinya senantiasa berorientasi kepada hasil. Arsenal mendapat tantangan dari Liverpool dan Chelsea.

Ketiga raksasa Premier League itu sama-sama mengikrarkan dan mewujudkan kerja sebagai hasil nyata, dengan ramai-ramai mengembangkan formasi menyerang dan menekan lawan kemudian mencetak gol.

Welbeck mendarat di Arsenal bukan tanpa modal. Ia terbiasa dengan iklim laga Premier League yang sarat dengan tekanan.

Ia juga mampu menciptakan dan membuka ruang bagi sesama rekan. Pergerakan dan kecepatannya mendukung ketajaman Oezil dan Cazorla. Lini depan The Gunners makin eksplosif meneror lini pertahanan The Reds dan The Blues.

Dalam wawancara kali pertama setelah bergabung bersama Arsenal, Welbeck mengatakan, "Saya telah mencermati gaya bermain tim ini sebelumnya. Saya yakin dengan masing-masing taktik yang diracik oleh manajer...Saya ingin mencetak banyak gol dan mewujudkan cita-cita tim meraih gelar."

"Sulit mengatakan bagaimana perasaan saya sekarang, karena kenyataannya saya telah berlabuh di sini. Sekarang saya pemain Arsenal," kata Welbeck. Pernyataan ini kemudian diamini oleh mantan pemain Manchester United, Rio Ferdinand.

"Welbeck merupakan rekrutan cemerlang Arsenal," kata Ferdinand. Pernyataan itu ia kemukakan bukan tanpa bukti. Ia telah bermain bersama dengan Welbeck selama enam musim kompetisi.

Dua mantan asisten pelatih semasa Ferguson di United, Mike Phelan dan Rene Meulensteen bersaksi mengenai drama di balik kepindahan Welbeck ke Arsenal.

"Pemain seperti Danny Welbeck merupakan bagian dari identitas United. Kini identitas itu terkoyak," kata Phelan. "Saya beranggapan bahwa pilihan Arsenal sungguh tepat karena dia (Welbeck) bakal menempati posisi yang tepat yakni sebagai striker."

Tinggal sekarang, musuh utama Welbeck berada dalam diri sendiri. Apakah ia mampu "melawan diri sendiri" karena Arsenal telah menyiapkan hitung-hitungan pragmatis untuk meraih sukses di musim ini?

Welbeck bukan tukang obat yang menawarkan obat di pinggir jalan dengan berkoar-koar bahwa obat racikannya adalah obat untuk menyembuhkan segala penyakit. Welbeck tidak bermain dan tidak berperan sendiri di Arsenal.

Dan Arsenal di bawah Wenger jelas-jelas bukan sekelompok insan dungu yang tidak memanfaatkan informasi. Ada ungkapan yang renyah didengar, bahwa dalam iptek, Anda perlu memahami dunia dan ulahnya. Dalam bisnis, Anda perlu orang lain yang keliru dalam menafsirkan dan memahami dunia.
(T.A024)