Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore menguat sebesar 23 poin menjadi Rp11.743 dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.766 per dolar AS.
Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa faktor teknikal menjadi salah satu pendorong mata uang rupiah menguat terhadap dolar AS di pasar valuta asing domestik.
"Belum ada sentimen fundamental atau pun data-data ekonomi yang mampu menopang rupiah, penguatan rupiah cenderung karena faktor teknikal setelah dalam beberapa hari terakhir mengalami koreksi," ujarnya.
Menurut dia, pelaku pasar uang di dalam negeri saat ini masih menanti kepastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
"Secara teori, naiknya harga BBM subsidi dapat menggerus defisit neraca perdagangan Indonesia, pasar akan menilai positif itu dan dampak terhadap rupiah akan baik," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa penguatan rupiah masih rentan, potensi terdepresiasi masih cukup terbuka menjelang publikasi data tingkat pekerjaan AS yang diperkirakan menunjukkan kenaikan.
"Kenaikan tingkat pekerjaan AS itu seiring adanya ekspansi pada industri sektor jasa. Sentimen itu bisa menguatkan peluang kenaikan tingkat suku bunga AS (Fed rate) lebih cepat," katanya.
Ia mengatakan bahwa naiknya tingkat suku bunga AS akan membuat keluarnya dana-dana di negara berkembang masuk ke pasar keuangan AS.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari Kamis ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp11.760 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.781 per dolar AS.
Rupiah Kamis sore menguat menjadi Rp11.743
4 September 2014 17:37 WIB
ILUSTRASI (ANTARANews/ferly)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014
Tags: