WHO: perekrutan relawan Ebola terhambat karena rasa takut
4 September 2014 15:16 WIB
Petugas kesehatan mengawal seorang pasien Ebola yang melarikan diri dari karantina Rumah Sakit Elwa Monrovia di pusat kota Paynesville, Liberia, dalam potongan video yang diambil Senin (1/9) lalu. (REUTERS/Reuters TV )
Washington (ANTARA News) - Kekhawatiran tertular virus Ebola yang mematikan menghambat upaya merekrut pekerja kesehatan internasional serta memperlambat pengiriman pakaian pelindung dan bahan-bahan penting lain ke kawasan penularan di Afrika Barat, kata pejabat Badan Kesehatan Dunia (WHO), Rabu.
Sejak Maret, lebih dari 3 ribu kasus positif Ebola dilaporkan dengan lebih dari 1.900 korban tewas, kata Direktur Jendral WHO Dr Margaret Chan dalam jumpa pers di Washington, seperti dilaporkan Reuters.
Chan mengatakan ketakutan berlebihan pada Ebola membuatnya sulit merekrut tim medis asing yang dibutuhkan untuk memberikan respons efektif. "Itulah kenyataannya," kata dia.
Ia mengatakan WHO tengah mencari akses udara dan laut ke negara-negara terinfeksi, yang menjadi semakin terisolasi akibat maskapai penerbangan maupun pelayaran menolak mendarat atau berlabuh karena khawatir dengan penularan penyakit itu.
Dr David Nabarro, Koordinator PBB untuk Ebola mengatakan upaya internasional untuk menghentikan wabah itu harus diperkuat tiga hingga empat kali lipat dengan biaya dianggarkan sekitar 600 juta dolar.
Upaya tersebut termasuk menambah jumlah kendaraan bermotor, ambulans dan kendaraan lain untuk membawa pasien ke fasilitas medis; menambah pasokan peralatan pelindung, sarung tangan dan baju; memberikan biaya risiko dan insentif lain bagi pekerja lokal; dan mengambil langkah untuk menjaga agar perekonomian setempat tidak ambruk.
Dr Keiji Fukuda, asisten Dirjen WHO untuk keamanan kesehatan mengatakan ribuan petugas medis diperlukan untuk merawat pasien sementara wabah terus berkembang, dan ratusan pakar internasional diperlukan untuk membantu melakukan uji laboratorium dan melatih pekerja kesehatan.
Di Liberia pada Selasa, pemerintah mulai menawarkan bonus 1.000 dolar bagi pekerja kesehatan yang mau bekerja di fasilitas perawatan bagi pasien Ebola.
Baik WHO maupun PBB tidak bisa memaksa maskapai penerbangan untuk mendarat di negara-negara yang terkena wabah itu. Chan mengatakan WHO tengah berdiskusi dengan asosiasi penerbangan komersial untuk menyampaikan keprihatinan mereka.
Angka kematian total akibat wabah ini mencapai 51 persen, terendah tercatat di Sierra Leone 41 persen dan tertinggi 66 persen di Guinea, kata WHO.
Negara-negara yang terkena epidemi ini termasuk Guinea, Liberia, Nigeria, Senegal dan Sierra Leone. Wabah di Republik Demokratik Kongo tidak berkaitan dengan epidemi di Afrika Barat, kata Chan.
Pemerintah AS "sangat mendukung" upaya WHO mengatasi wabah ini, katanya, sementara negara-negara seperti Tiongkok, Afrika Selatan, Swiss, Inggris, Prancis, Kuwait, dan Kanada menyediakan logistik, dukungan medis serta dukungan lain.
Namun upaya-upaya yang dilakukan selama ini tetap saja kurang. Sebagian besar kasus infeksi baru Ebola terjadi di masyarakat karena keluarga merawat pasien-pasien yang tidak ada tempat untuk dituju dan seringkali menolak diidentifikasi oleh pekerja kesehatan, kata Fukuda.
(Uu.S022)
Sejak Maret, lebih dari 3 ribu kasus positif Ebola dilaporkan dengan lebih dari 1.900 korban tewas, kata Direktur Jendral WHO Dr Margaret Chan dalam jumpa pers di Washington, seperti dilaporkan Reuters.
Chan mengatakan ketakutan berlebihan pada Ebola membuatnya sulit merekrut tim medis asing yang dibutuhkan untuk memberikan respons efektif. "Itulah kenyataannya," kata dia.
Ia mengatakan WHO tengah mencari akses udara dan laut ke negara-negara terinfeksi, yang menjadi semakin terisolasi akibat maskapai penerbangan maupun pelayaran menolak mendarat atau berlabuh karena khawatir dengan penularan penyakit itu.
Dr David Nabarro, Koordinator PBB untuk Ebola mengatakan upaya internasional untuk menghentikan wabah itu harus diperkuat tiga hingga empat kali lipat dengan biaya dianggarkan sekitar 600 juta dolar.
Upaya tersebut termasuk menambah jumlah kendaraan bermotor, ambulans dan kendaraan lain untuk membawa pasien ke fasilitas medis; menambah pasokan peralatan pelindung, sarung tangan dan baju; memberikan biaya risiko dan insentif lain bagi pekerja lokal; dan mengambil langkah untuk menjaga agar perekonomian setempat tidak ambruk.
Dr Keiji Fukuda, asisten Dirjen WHO untuk keamanan kesehatan mengatakan ribuan petugas medis diperlukan untuk merawat pasien sementara wabah terus berkembang, dan ratusan pakar internasional diperlukan untuk membantu melakukan uji laboratorium dan melatih pekerja kesehatan.
Di Liberia pada Selasa, pemerintah mulai menawarkan bonus 1.000 dolar bagi pekerja kesehatan yang mau bekerja di fasilitas perawatan bagi pasien Ebola.
Baik WHO maupun PBB tidak bisa memaksa maskapai penerbangan untuk mendarat di negara-negara yang terkena wabah itu. Chan mengatakan WHO tengah berdiskusi dengan asosiasi penerbangan komersial untuk menyampaikan keprihatinan mereka.
Angka kematian total akibat wabah ini mencapai 51 persen, terendah tercatat di Sierra Leone 41 persen dan tertinggi 66 persen di Guinea, kata WHO.
Negara-negara yang terkena epidemi ini termasuk Guinea, Liberia, Nigeria, Senegal dan Sierra Leone. Wabah di Republik Demokratik Kongo tidak berkaitan dengan epidemi di Afrika Barat, kata Chan.
Pemerintah AS "sangat mendukung" upaya WHO mengatasi wabah ini, katanya, sementara negara-negara seperti Tiongkok, Afrika Selatan, Swiss, Inggris, Prancis, Kuwait, dan Kanada menyediakan logistik, dukungan medis serta dukungan lain.
Namun upaya-upaya yang dilakukan selama ini tetap saja kurang. Sebagian besar kasus infeksi baru Ebola terjadi di masyarakat karena keluarga merawat pasien-pasien yang tidak ada tempat untuk dituju dan seringkali menolak diidentifikasi oleh pekerja kesehatan, kata Fukuda.
(Uu.S022)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014
Tags: