Ukraina setujui gencatan senjata permanen di wilayah timur
3 September 2014 18:07 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko, disaksikan oleh Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev (tengah) di Minsk, Belarusia, Selasa (26/8), sebelum memulai perundingan mengenai krisis Ukraina. (REUTERS/Sergei Bondarenko/Kazakh Presidential Office)
Kiev (ANTARA News) - Presiden Ukraina Petro Poroshenko pada Rabu mengumumkan bahwa ia dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyepakati satu "gencatan senjata permanen" di wilayah timur bekas negara Sovyet itu.
Menurut kantor Presiden Ukraina, Putin dan Poroshenko melakukan percakapan telepon "yang menghasilkan satu kesepakatan bagi satu gencatan senjata permanen di Donbass (Ukraina timur)."
"Satu pengertian dicapai menyangkut langkah-langkah yang akan membantu menegak perdamaian," kata pernyataan singkat itu seperti dikutip kantor berita AFP.
Kantor Poroshenko menyatakan kesepakatan itu dicapai dalam percakapan telepon hanya beberapa jam sebelum kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama di Estonia--anggota baru NATO yang berusaha meminta perlindungan Barat dari ancaman yang meningkat Kremlin.
Sementara Kremlin pada Rabu mengatakan Putin dan Poroshenko hanya "melakukan tukar pendapat" tentang krisis itu dan tidak memberikan indikasi hahwa telah tercapai satu terobosan.
Pengumuman Poroshenko itu datang lebih dari empat bulan setelah perang yang menyebabkan lebih dari 2.600 orang tewas dan menurunkan hubungan antara Moskow dan sekutu-sekutu Barat Kiev ke tingkat terendah sejak Perang Dingin.
Pernyataan untuk mengakhiri permusuhan itu nampaknya mengonfrmasi tuduhan Barat bahwa Putin terlibat langsung dalam konflik itu kendatipun ia membantah ikut berperan dan menyatakan ia tidak dalam posisi untuk berunding atas nama pemberontak.
Rusia secara terbuka mendukung usaha bagi kemerdekan dari para pemimpin pro-Barat yang memerintah Kiev setelah pada penggulingan pemerinth yang didukung Moskow pada Februari.
Sementara itu pesawat Obama mendarat di Estonia, negara Baltik kecil yang selama puluhan tahun dikuasai Moskow dan masih sepenuhnya bergantung pada gas Rusia, sehari setelah Kremlin mendeklarasikan "ancaman" NATO soal rencananya meningkatkan kekuatan di timur Eropa.
Aliansi militer Barat itu menyiarkan gambar-gambar satelit yang menunjukkan lebih dari 1.000 tentara Rusia dan peralatan berat memasuki distrik-distrik timur Ukraina untuk membantu kelompok separatis menghalau pasukan pemerintah dan membangun jaringan darat dengan Krimea- satu semenanjung Laut Hitam Rusia yang direbut dari Ukraina Maret lalu. (Uu.H-RN)
Menurut kantor Presiden Ukraina, Putin dan Poroshenko melakukan percakapan telepon "yang menghasilkan satu kesepakatan bagi satu gencatan senjata permanen di Donbass (Ukraina timur)."
"Satu pengertian dicapai menyangkut langkah-langkah yang akan membantu menegak perdamaian," kata pernyataan singkat itu seperti dikutip kantor berita AFP.
Kantor Poroshenko menyatakan kesepakatan itu dicapai dalam percakapan telepon hanya beberapa jam sebelum kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama di Estonia--anggota baru NATO yang berusaha meminta perlindungan Barat dari ancaman yang meningkat Kremlin.
Sementara Kremlin pada Rabu mengatakan Putin dan Poroshenko hanya "melakukan tukar pendapat" tentang krisis itu dan tidak memberikan indikasi hahwa telah tercapai satu terobosan.
Pengumuman Poroshenko itu datang lebih dari empat bulan setelah perang yang menyebabkan lebih dari 2.600 orang tewas dan menurunkan hubungan antara Moskow dan sekutu-sekutu Barat Kiev ke tingkat terendah sejak Perang Dingin.
Pernyataan untuk mengakhiri permusuhan itu nampaknya mengonfrmasi tuduhan Barat bahwa Putin terlibat langsung dalam konflik itu kendatipun ia membantah ikut berperan dan menyatakan ia tidak dalam posisi untuk berunding atas nama pemberontak.
Rusia secara terbuka mendukung usaha bagi kemerdekan dari para pemimpin pro-Barat yang memerintah Kiev setelah pada penggulingan pemerinth yang didukung Moskow pada Februari.
Sementara itu pesawat Obama mendarat di Estonia, negara Baltik kecil yang selama puluhan tahun dikuasai Moskow dan masih sepenuhnya bergantung pada gas Rusia, sehari setelah Kremlin mendeklarasikan "ancaman" NATO soal rencananya meningkatkan kekuatan di timur Eropa.
Aliansi militer Barat itu menyiarkan gambar-gambar satelit yang menunjukkan lebih dari 1.000 tentara Rusia dan peralatan berat memasuki distrik-distrik timur Ukraina untuk membantu kelompok separatis menghalau pasukan pemerintah dan membangun jaringan darat dengan Krimea- satu semenanjung Laut Hitam Rusia yang direbut dari Ukraina Maret lalu. (Uu.H-RN)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014
Tags: