Jakarta (ANTARA News) - Luar biasa tekad dan heroisme warga kota Amerli di Irak Utara yang sedang dikepung para ekstrimis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Warga Irak keturunan Turki beragama Islam aliran Syiah ini menolak menyerah kepada ISIS yang mengepung kota itu selama dua bulan.
Sabtu kemarin, tentara Irak dan milisi Syiah melancarkan ofensif untuk menembus kepungan ISIS guna membebaskan kota itu, namun belum berhasil.
Kini, warga kota Amerli mengaku kepada Aljazeera bahwa mereka lebih baik bunuh diri ketimbang jatuh ke tangan ISIS yang selama ini dikenal gemar membantai warga minoritas yang tidak sealiran dan seagama dengan mereka.
"Pada setiap tiga atau empat rumah kami menggali kuburan. Andai ISIS menyerbu kota kami, maka semua orang akan menembak mati para istri dan anak-anaknya, lalu menguburkannya," kata Mehdi, seorang PNS melalui telepon dari Amerli.
Mehdi yang meminta tidak disebutkan nama aslinya, mengatakan bahwa para istri warga kota Amerli telah setuju bahwa mereka lebih baik mati daripada ditawan ISIS.
"Mereka bilang 'kami tak ingin berakhir di tangan ISIS, diperbudak seperti mereka yang ada di Gunung Sinjar. Kami tak sudi ISIS menjamah kami'".
Beberapa wanita warga Amerli yang berhasil diungsikan lewat udara ke Baghdad pekan ini mengatakan satu-satunya yang terpikir dari para wanita Amerli yang masih berada di kota itu adalah apakah orang lain yang menembak dirinya sendiri atau para wanita itu sendiri yang menembak dirinya sendiri.
"Semua wanita akan bunuh diri, apakah itu dengan menembak diri sendiri atau dengan besin lalu membakar diri hingga mati," kata Fatima Qassim, pemilik salon kecantikan dari Amerli.
Fatima mengungkapkan bahwa abangnya kini sedang berjuang mempertahankan kota itu dan masih bersama istri dan keenam anaknya.
"Dia memasukkan delapan peluru dalam senjatanya dan dia berkata jika ISIS memasuki kota itu maka 'saya akan menembak anak-anak saya satu per satu dan lalu menembak mati istri saya serta saya sendiri."
Laila yang masih bersaudara dengan Fatima mengatakan bahwa adik perempuan suaminya (bernama Nada) bunuh diri beberapa minggu lalu setelah suami Laila terbunuh dalam pertempuran.
Setelah 40 hari, ayahanda Nada meminta Nada menjadi suami kedua dari seseorang yang diyakini seorang laskar ISIS. Dia (Nada) mengambil pistol dan menembakkannya ke dirinya sendiri, kata Laila.
Antara 15.000 sampai dengan 20.000 keluarga masih bertahan di Amerli. Dua bulan dikepung ISIS membuat kota itu kekurangan makanan dan kehausan.
Sekitar 2.000 lelaki, yang kebanyakan petani dan PNS, menggali parit-parit pertahanan kota dan berhasil menghalau tiga serangan ISIS.
Amerika Serikat kabarnya akan memulai misi kemanusiaan kepada warga kota Amerli seperti dilakukan kepada warga minoritas Yazidi di Gunung Sinjar beberapa pekan lalu.
Pekan lalu PBB mengatakan situasi di Amerli dilanda suasana putus asa dan membutuhkan aksi segera untuk mencegah pembantaian.
Warga keturunan Turki di Irak mengaku mereka menjadi pihak yang paling menderita dalam ofensif ISIS ke Irak Utara.
"Lebih dari 40 desa yang mengelilingi Amerli jatuh ke tangan ISIS. Jika Amerli jatuh maka jelas akan terjadi genosida (pemusnahan etnis)," kata Torhan al-Mufti, Menteri Komunikasi Irak.
sumber: Al Jazeera
Mereka bersumpah lebih baik mati dari pada ditawan ISIS
31 Agustus 2014 15:19 WIB
Seorang ibu dan dua anaknya diungsikan melalui helikopter oleh militer Irak dari kota Amerli yang sedang dikepung ISIS (Reuters)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014
Tags: