Kiev (ANTARA News) - Sejumlah 2.593 orang termasuk warga sipil serta pasukan Ukraina dan kelompok separatis tewas dalam petempuran di Ukraina Timur sejak kontak senjata meletus pertengahan April, kata seorang pejabat hak asasi manusia PBB, Jumat.

"Kecenderungan itu jelas berbahaya. Ada peningkatan penting dalam jumlah korban tewas di wilayah Ukraina Timur," kata Ivan Simonovic, Asisten Sekjen PBB untuk Hak Asasi Manusia kepada wartawan.

"Jumlah korban tewas sekarang 2.593 orang, mendekati 3.000 orang jika digabungkan dengan 298 korban dari pesawat (maskapai penerbangan Malaysia MH17) yang jatuh di daerah Ukraina Timur," katanya.

Simonovoc, yang menyampaikan laporan misi pemantau PBB, mengatakan korban di pihak sipil akan terus meningkat "karena masing-masing pihak meningkatkan kekuatannya, melalui mobilisasi, organisasi yang lebih baik dan senjata-senjata yang lebih canggih dan dukungan dari luar".

Jumlah korban tewas hampir 400 lebih banyak ketimbang yang disampaikan dalam dalam laporan itu, yang mencakup periode sampai 17 Agustus.

Simonovic mengatakan partisipasi yang meningkat dari para petempur asing dalam konflk itu, mengacu pada pasukan Rusia dan para petempur relawan.

Laporan itu menuduh separatis pro-Rusia melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang luas termasuk pembunuhan, penculikan dan penyiksaan, dan mengatakan mereka menerima satu "pasokan tetap" senjata-senjata canggih dan amunisi.

Laporan itu, yang disiapkan oleh kantor hak-hak asasi manusia PBB di Jenewa juga mengutip laporan-laporan pelanggara hak asasi manusia oleh pasukan militer Ukraina dan batalyon-batalyon khusus yang dipimpin Kementerian Dalam Negeri.

"Kelompok-kelompok bersenjata terus melakukan pembunuhan, penculikan, penyiksaan fisik dan psikologi, perlakuan yang buruk, pengeksekusian dan pelanggaran serius hak asasi manusia lainnya," kata laporan itu, dan menambahkan pelanggaran-pelanggaran itu adalah sasaran sipil yang tidak pada tempatnya.

"Militer Ukraina dilaporkan menembak dari wilayah (Rusia) dan menggunakan ranjau darat yang ilegal di wilayah Ukraina," kata para pemantau.

(Uu.H-RN/B/C003)