Semarang (ANTARA News) - Juara dunia kelas ringan (61,2 kilogram) IBO Daud Yordan merasa khawatir akan kehilangan gelar juara mengingat sampai kini belum ada kepastian soal pertarungannya.

"Kalau dalam jangka waktu satu tahun saya tidak naik ring tentu secara otomatis gelar yang saya pegang saat ini akan hilang," kata petinju dengan rekor bertarung 32 kali menang (23 di antaranya dengan KO) dan tiga kali kalah itu ketika dihubungi dari Semarang, Jateng, Jumat.

Petinju Sasana Kayong Utara, Kalimantan Barat, tersebut merebut gelar juara dunia kelas ringan IBO pada 6 Juli 2013 setelah menang angka atas petinju Argentina Daniel Eduardo Brizuela di Australia.

Kemudian, petinju kelahiran Sukadana, Kalimantan Barat, 10 Juni 1987 tersebut mempertahankan gelarnya sekali saat mengalahkan petinju Afrika Selatan Sipho Taliwe di Australia 6 Desember 2013.

Padahal, kata dia, untuk menjadi juara dunia dicapai dengan tidak mudah bahkan Indonesia sendiri baru memiliki lima petinju yang pernah menjadi juara dunia di kelasnya masing-masing.

Juara dunia tinju yang pernah dimiliki Indonesia adalah Ellyas Pical (juara dunia kelas terbang junior 1985-1989) IBF, Nico Thomas (juara dunia kelas terbang mini IBF) 1989), Muhammad Rachman (juara dunia kelas terbang mini IBF 2004-2207), Chris John (juara dunia kelas bulu WBA 2003-2013), dan Daud Yordan (kelas ringan IBO mulai 2013).

Sekarang ini, kata dia, Indonesia hanya memiliki satu petinju yaitu dirinya yang menjadi juara dunia. "Saya khawatir jika gelar ini dicopot, kita tidak memiliki tradisi petinju yang menjadi juara dunia lagi," katanya.

Ia mengatakan dirinya sudah menanyakan soal pertarungan tersebut kepada promotor (Raja Sapta Oktohari) dan Greg Christian (mantan manajer dan pelatih Chris John) dan mereka sedang mencarikan solusi untuk pertarungan dirinya.

"Saya sudah menanyakan kepada meraka dan mereka juga sedang mencarikan solusi untuk pertarungan saya. Saya berharap secepatnya bisa naik ring supaya gelar juara dunia yang saya raih ini tidak lepas kepada petinju dari negara lain," katanya.

Terlepas dari peran mereka (promotor dan Greg Christian), kata dia, dirinya berharap kepada pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga serta pihak-pihak swasta untuk mencarikan solusi agar Indonesia tetap memiliki juara dunia di dunia tinju profesional.

"Saya benar-benar mengeluh karena sampai kini saya belum ada kepastian untuk mempertahankan lagi padahal sekarang ini sudah Agustus sehingga saya sudah memegang gelar ini sebanyak delapan bulan. Kalau dalam jangka waktu setahun saya tidak naik ring secara otomatis gelar ini akan lepas," katanya.

Sebelum meraih gelar juara dunia kelas ringan, Daud Yordan sempat menjadi juara dunia kelas bulu IBO setelah menang KO ronde kedua atas petinju Filipina Lorenzo Villanueva di Singapura 5 Mei 2012 kemudian mempertahankan gelarnya saat menang lawan petinju Mongolia Choi Tseveenpurev di Singapura, 9 September 2012.

Tetapi akhirnya gelar itu lepas dari tangannya setelah kalah dari petinju Afrika Selatan Simpiwe Vetyeka pada pertarungan di Jakarta, 14 April 2013, kemudian Daud memutuskan untuk naik ke kelas ringan dan berhasil merebut gelar juara dunia setelah menang atas petinju Argentina Daniel Eduardo Brizuela, Juni 2013 di Australia.

(H015/M028)