Presiden: penyelesaian konflik butuh kepemimpinan kuat
29 Agustus 2014 15:58 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) menyampaikan pidatonya saat pembukaan Forum Global ke-6 Aliansi Peradaban PBB (UNAOC) di Nusa Dua, Bali, Jumat (29/8). Kegiatan yang berlangsung dua hari tersebut dihadiri sekitar 1.200 peserta yang terdiri dari kepala negara, perwakilan pemerintah, menteri luar negeri, dan anggota aliansi untuk saling bertukar informasi antar peradaban menyangkut pendidikan, kepemudaan, media dan migrasi. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan keberhasilan proses penyelesaian konflik salah satunya ditentukan oleh peran pemimpin yang kuat untuk mengatasi hambatan yang ada.
"Proses rekonsiliasi merupakan seni khusus, suatu hal yang membutuhkan kepemimpinan. Juga membutuhkan upaya yang terus menerus dan semangat untuk saling memaafkan dan kemauan untuk berkompromi," kata Presiden saat menyampaikan pidato kunci pada Forum Internasional ke-6 UNAOC di Nusa Dua Bali, Jumat.
Presiden mengemukakan, pengalaman Indonesia dalam 10 hingga 15 tahun lalu untuk menyelesaikan konflik komunal yang pernah terjadi.
"Kami mengupayakan adanya rekonsiliasi untuk mengatasi masalah di Aceh, Poso, Maluku dan Papua," tegas Presiden.
Kepala Negara menegaskan dengan pengalaman yang ada, maka Indonesia mengajak negara-negara yang ikut serta dalam United Nations Alliance of Civilizations terus mengedepankan keterhubungan dan saling bertukar pikiran sehingga kerja sama untuk menciptakan saling pemahaman antar peradaban bisa terus meningkat.
Saling memahami dan kemauan untuk bertoleransi, menurut Presiden dapat dipupuk sejak dini, oleh karena itu penting mengenalkan keberagaman dan toleransi sejak kecil.
Presiden berharap forum yang mendorong adanya saling memahami dan komunikasi antar peradaban itu bisa terus berkembang sehingga mengurangi konflik dan peperangan secara global.
"Proses rekonsiliasi merupakan seni khusus, suatu hal yang membutuhkan kepemimpinan. Juga membutuhkan upaya yang terus menerus dan semangat untuk saling memaafkan dan kemauan untuk berkompromi," kata Presiden saat menyampaikan pidato kunci pada Forum Internasional ke-6 UNAOC di Nusa Dua Bali, Jumat.
Presiden mengemukakan, pengalaman Indonesia dalam 10 hingga 15 tahun lalu untuk menyelesaikan konflik komunal yang pernah terjadi.
"Kami mengupayakan adanya rekonsiliasi untuk mengatasi masalah di Aceh, Poso, Maluku dan Papua," tegas Presiden.
Kepala Negara menegaskan dengan pengalaman yang ada, maka Indonesia mengajak negara-negara yang ikut serta dalam United Nations Alliance of Civilizations terus mengedepankan keterhubungan dan saling bertukar pikiran sehingga kerja sama untuk menciptakan saling pemahaman antar peradaban bisa terus meningkat.
Saling memahami dan kemauan untuk bertoleransi, menurut Presiden dapat dipupuk sejak dini, oleh karena itu penting mengenalkan keberagaman dan toleransi sejak kecil.
Presiden berharap forum yang mendorong adanya saling memahami dan komunikasi antar peradaban itu bisa terus berkembang sehingga mengurangi konflik dan peperangan secara global.
Pewarta: Panca Hari Prabowo dan GNC Aryani
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014
Tags: