Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 70 persen dari produksi kopi spesial Indonesia yang setiap tahun kurang lebih 210.000 ton masuk ke pasar ekspor.

"Ekspornya sampai 70 persen, sisanya masuk ke kedai-kedai kopi, pabrik kopi instan juga ada yang beli," kata Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia Leman Pahlevi di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan, produksi kopi spesial atau kopi premium Indonesia sekitar 30 persen dari total produksi kopi yang setiap tahun sekitar 700 ribu ton.

"Kebanyakan Arabika," kata Leman Pahlevi, yang biasa disapa Agam.

Produksi kopi spesial atau kopi premium bervariasi antar daerah.

Agam memberikan gambaran, produksi kopi spesial dari Sumatera Utara sekitar 40.000 ton per tahun dan Aceh bisa sampai 60.000 ton per tahun.

Agam menjelaskan pula bahwa ekspor kopi spesial rata-rata meningkat sekitar lima persen setiap tahun.

"Sekitar 50 persen jatuh ke pasar Amerika," katanya.

Ia menambahkan permintaan kopi spesial Indonesia dari negara lain seperti Jepang cenderung menurun karena harganya cukup tinggi, sekitar lima sampai enam dolar AS per kilogram.

"Harganya sudah mendekati harga-harga kopi spesialti dengan harga tertinggi seperti kopi Kilimanjaro dan Colombian Supremo," katanya.

Produsen kopi dalam negeri, menurut dia, mulai melihat peluang dari peningkatan permintaan kopi-kopi berkualitas premium dari luar negeri dengan memperbanyak produksi.

"Para petani sudah tahu harganya bagus dan daerah Sumatera Utara seperti Tanah Karo, semenjak dua atau tiga tahun belakangan mereka mulai tanam. Daerah kopi Robusta sebagian mulai berganti Arabika," jelas dia.

"Di Sumatera Barat juga sudah mulai ada perkebunan (kopi Arabika), di Jawa Barat juga tanah-tanah yang terbiarkan dikelola oleh pemerintah, ditanami Arabika sekarang," tambah dia.

Asosiasi Kopi Spesial Indonesia, yang sekarang memiliki 137 anggota, berusaha mendorong pertumbuhan produksi dan konsumsi kopi berkualitas premium dengan mengadakan lelang setiap dua tahun sejak 2010.

Lelang Kopi Spesial Indonesia (LKSI) ketiga akan digelar 8-10 Oktober 2014 di Jakarta International Expo.

Panitia lelang tahun ini menerima 144 sampel kopi spesial dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Lombok, Flores, Toraja, Enrekang dan Papua.

Sampel-sampel itu akan diseleksi oleh para penilai kualitas kopi yang disebut Q-Grader (Arabika) dan R-Grader (Robusta). Mereka akan memilih 30 kopi spesial terbaik dari seluruh sampel pada babak penyisihan. Panitia selanjutnya akan melelang 30 lot kopi dengan ukuran sekitar 600 kilogram.

Kopi spesial atau spesialti adalah biji kopi dengan rasa terbaik yang dihasilkan di daerah beriklim mikro, yang menurut Asosiasi Kopi Spesial Eropa (Specialty Coffee Association of Europe) dinilai konsumen (di pasar terbatas pada waktu tertentu) memiliki kualitas unik dengan rasa berbeda dan lebih unggul dibandingkan kopi biasa.

Kopi spesial biasanya berasal dari daerah tertentu yang menghasilkan biji kopi mentah, kopi yang sudah dipanggang dan seduhan kopi dengan standar kualitas tinggi.

Indonesia memiliki cukup banyak kopi spesial seperti kopi Bali, kopi Aceg Gayo, kopi Mandailing, kopi Flores, dan kopi Toraja. "Setiap daerah punya kopi dengan karakter dan rasa yang berbeda," kata Agam.