"Kami tanya ke pengecer dibilang belum ada kiriman. Kami tanya ke distributor dijawab ombak besar mungkin pupuknya masih di Kalimantan Timur," kata Abdul Hakim Ketua Kelompok Tani Uma Perang, Kecamatan Utan, di Sumbawa, Selasa.
Pengakuan itu disampaikan beberapa petani di hadapan para pejabat Kementerian Pertanian (Kementan) dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), serta Pemerintah Kabupaten Sumbawa yang menghadiri acara gerakan pengembangan kawasan jagung di Kelompok Tani Uma Perang, Desa Orong Bawa, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa.
Hadir pada acara itu Kepala Seksi Intensifikasi Tanaman Jagung Kementan Hasil Sembiring, Wakil Bupati Sumbawa H Arasy Muhkan, Sekretaris Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Pertanian, Perikanan dan Kehutanan NTB Hj Husnanidiaty Nurdin, dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kabupaten Sumbawa.
Hakim mengaku dirinya terpaksa membeli pupuk bersubsidi hingga ke Pulau Lombok, NTB, demi menyelamatkan tanaman jagung yang sudah waktunya diberikan pupuk.
"Saya terpaksa beli di Lombok, dengan harga yang lebih mahal. Belum lagi ongkos kirim menggunakan bus," ujarnya.
Hal senada juga dikeluhkan petani jagung lainnya, Hermansyah. Menurut dia, ketersediaan pupuk bersubsidi tepat waktu masih morat-marit. "Kami ingin menerapkan panca usaha tani, tapi terkendala ketersediaan sarana produksi, khususnya pupuk," ucapnya.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Bakorluh NTB Hj Husnanidiaty Nurdin, mengaku sudah berupaya menekan pihak produsen, dalam hal ini PT Pupuk Kaltim dan PT Petrokimia Gresik untuk benar-benar serius menyediakan pupuk bersubsidi yang dibutuhkan petani tepat waktu.
"Masalah pupuk ini menjadi tanggung jawab penyuluh karena mereka terlibat dengan kelompok tani dalam penyusunan rencana defitinif kerja kelompok (RDKK). Dan saya sudah mendesak produsen untuk tidak main-main dalam masalah ini. Saya ikut memantau pergerakan pupuk di setiap daerah," katanya.
Sementara itu, staf penjualan PT Pupuk Kaltim wilayah NTB Khairuddin, menyebutkan penyaluran pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sumbawa, sudah mencapai 14.050 ton atau sebesar 96 persen dari total kuota.
Menurut dia, adanya kelangkaan pada musim tanam jagung disebabkan habisnya alokasi kuota pupuk bersubsidi jenis urea untuk Kabupaten Sumbawa pada 2014. Namun, pemerintah pusat sudah memberikan alokasi tambahan dari sebelumnya hanya 16.000 ton naik menjadi 22.500 ton.
"Sekarang kami sudah punya stok sebanyak 17.000 ton di gudang dan sebanyak 6.000 ton sedang dibongkar di Pelabuhan Lembar, Kabupaten Lombok Barat. Dan sebanyak 3.123 ton sudah ada di Sumbawa, untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan ke depan," kata Khairuddin.
(KR-WLD/Z002)