Denpasar (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali mengantisipasi lonjakan kasus demam berdarah dan kembali membludak pada bulan Desember saat memasuki puncak musim hujan.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Bali I Nyoman Sudiyasa di Denpasar, Jumat, mengatakan potensi ini ada, karena cuaca belakangan mirip dengan Mei lalu.

Ia menyebut pada Mei 2024, Bali mengalami kasus demam berdarah tertinggi, bahkan melampaui tahun sebelumnya, yaitu 3.339 kasus, dimana kondisi hujan yang turun tidak teratur menjadi salah satu penyebabnya.

Baca juga: Menkes respons soal turis Australia yang kena DBD di Bali

Kondisi cuaca tersebut dilihat sama dengan mulainya musim hujan November ini, sehingga antisipasi diperlukan untuk mencegah hal yang sama terjadi.

“Hujan yang turun dan berhenti itu berpeluang nyamuk berkembang biak, kalau hujan terus menerus pasti kasusnya tidak banyak, karena jentiknya bisa hanyut dan mati, kalau selang seling itu bahaya, musim hujan ini kita antisipasi supaya Desember tidak naik, saat ini hampir mirip, makanya kami wanti-wanti,” kata Sudiyasa.

Adapun upaya yang bisa dilakukan dengan mengerahkan jajaran Dinas Kesehatan dan petugas kesehatan di kabupaten/kota untuk penyuluhan dan mengajak masyarakat aktif membersihkan lingkungan masing-masing.

“Sekarang ada telur nyamuk di tempat hujan, saat kering sehari bisa menetas, kalau tahun lalu banyak gerakan masyarakat bersih-bersih untuk pengentasan vektor di tempat genangan air, sekarang jarang, pemerintah desa dan lingkungan harus kembali membudayakan gerakan ini,” ujarnya.

Ia mengingatkan kasus demam berdarah tahun ini hingga November lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, namun trennya mulai menurun beberapa bulan terakhir, sehingga kondisi ini harus dijaga.

Baca juga: Dinkes Bali: Kasus meninggal akibat DBD menurun, meski tetap tinggi

Baca juga: Pemprov Bali terapkan metode Wolbachia tekan kasus demam berdarah


Dinkes Bali mencatat pada bulan Januari 2024, kasus demam berdarah sebanyak 709 kasus, Februari 908 kasus dengan satu meninggal dunia, Maret 1.659 kasus dengan tiga meninggal dunia, April 2.623 kasus dengan lima meninggal dunia, Mei puncaknya 3.339 kasus dengan enam meninggal dunia.

Kasus akibat gigitan nyamuk aedes aegypti menurun pada Juni 2.177 kasus dengan dua kematian, Juli 1.243 kasus dengan satu kematian, Agustus 733 kasus, September 522 kasus, Oktober 463 kasus, dan November 213 kasus.