Singapura (ANTARA News) - Harga minyak turun di perdagangan Asia, Senin, tertekan dolar yang lebih kuat, karena para investor mencerna sikap Ketua Federal Reserve Janet Yellen yang mempertahankan kebijakan moneter bank.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, turun 15 sen menjadi 93,50 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent untuk Oktober jatuh 19 sen menjadi 102,10 dolar AS.

Dolar AS naik terhadap yen di perdagangan Asia pada Senin menjadi 104,18 yen, -- tingkat tertinggi sejak Januari -- dari 103,87 yen di New York pada Jumat.

Sebuah penguatan greenback membuat minyak yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah, sehingga mengurangi permintaan dan mendorong harga lebih rendah.

Dolar menguat setelah Yellen pada Jumat (22/8) membahas pengenduran yang terlihat pada pasar pekerjaan AS dan membaiknya indikator-indikator ekonomi baru-baru ini.

Sementara beberapa data ekonomi AS telah meningkat, masih ada "cukup ketidakpastian tentang tingkat pekerjaan", dia mengatakan kepada Konferensi Jackson Hole.

United Overseas Bank Singapura mengatakan komentar Yellen sementara dilihat sebagai netral, juga mengisyaratkan bahwa "kebijakan moneter tidak pada jalur yang telah ditetapkan dan jalur keputusan Fed akan menjadi bergantung pada data."

Kenaikan suku bunga jangka pendek resmi pada akhirnya kemungkinan akan mengambil tempat di pertengahan tahun depan, kata bank.

Analis mengatakan pasar minyak juga di bawah tekanan di tengah berkurangnya kekhawatiran tentang konflik di produsen minyak mentah Libya dan Irak, serta Ukraina, saluran penting untuk ekspor gas Rusia ke Eropa.

Harga minyak mentah telah melihat sebuah penumpukan premi risiko atas pemberontakan bersenjata di tiga negara tersebut, tetapi pasar dibanjiri dengan persediaan sejak berkurangnya kekhawatiran tentang dampak gangguan potensial.
(*)