Bappenas: Transisi energi penting guna pertahankan pertumbuhan ekonomi
28 November 2024 16:16 WIB
Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Febrian Alphyanto Ruddyard (kiri) bersalaman dengan CEO Swaniti Global Rwitwika Bhattacharya dalam acara The Green South Alliance – Energy Transition Convening di Jakarta, Kamis (28/11/2024). ANTARA/HO-Bappenas.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Febrian Alphyanto Ruddyard mengatakan transisi energi penting untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
“Transisi energi tidak hanya penting untuk mengurangi perubahan iklim, tetapi juga mengamankan pasokan energi, dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya dalam acara The Green South Alliance – Energy Transition Convening dikutip dari keterangan resmi, Jakarta, Kamis.
Karena itu, Bappenas bekerja sama dengan Swaniti Global dan Green South Alliance – Energy Transition (Indonesia Chapter) untuk mengatasi tantangan masalah energi dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) di Asia Selatan dan Indonesia.
Para pemangku kepentingan tersebut mendiskusikan upaya dan praktik baik di Asia Selatan dan Indonesia untuk mencapai transisi energi menuju masa depan energi yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Untuk diketahui, pencapaian pembangunan berkelanjutan dilakukan antara lain melalui transisi energi yang diarahkan guna meningkatkan penggunaan energi terbarukan dalam berbagai kegiatan perekonomian pada tahun 2025. Misalnya ialah implementasi kebijakan karbon kredit secara luas, pengalihan subsidi bahan bakar fosil menuju subsidi energi terbarukan, dan peningkatan penggunaan kendaraan listrik.
Dalam kesempatan sama, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati menerangkan konsep Energy Trilemma atau tiga tantangan utama dalam transisi energi.
Pertama adalah security untuk memastikan keamanan pasokan energi di setiap negara, lalu equity guna memastikan populasi dunia yang terus bertambah memiliki akses terhadap energi terjangkau. Terakhir ialah sustainability untuk meningkatkan penggunaan energi secara berkelanjutan dan berkeadilan.
Perwakilan Parlemen India yang turut hadir dalam acara ini juga menyerukan upaya untuk menghadapi tantangan transisi energi ini merupakan tanggung jawab bersama.
“Tujuan dari aliansi ini adalah untuk melihat bagaimana negara-negara dapat saling mendukung, bagaimana kita dapat menjadi sekutu di wilayah selatan dunia untuk benar-benar mendorong inovasi,” ungkap CEO Swaniti Global Rwitwika Bhattacharya.
Agenda yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan ini menghasilkan beberapa poin penting, mencakup urgensi peningkatan pendanaan iklim, platform berbagi pengetahuan, dan kerangka kebijakan yang lebih kuat.
Baca juga: PLN EPI memperkuat rantai pasok gas pembangkit di era transisi energi
Baca juga: Bappenas: RI berkomitmen kuat laksanakan pembangunan berkelanjutan
Baca juga: PGN optimalkan pemanfaatan LNG domestik untuk menopang transisi energi
“Transisi energi tidak hanya penting untuk mengurangi perubahan iklim, tetapi juga mengamankan pasokan energi, dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya dalam acara The Green South Alliance – Energy Transition Convening dikutip dari keterangan resmi, Jakarta, Kamis.
Karena itu, Bappenas bekerja sama dengan Swaniti Global dan Green South Alliance – Energy Transition (Indonesia Chapter) untuk mengatasi tantangan masalah energi dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) di Asia Selatan dan Indonesia.
Para pemangku kepentingan tersebut mendiskusikan upaya dan praktik baik di Asia Selatan dan Indonesia untuk mencapai transisi energi menuju masa depan energi yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Untuk diketahui, pencapaian pembangunan berkelanjutan dilakukan antara lain melalui transisi energi yang diarahkan guna meningkatkan penggunaan energi terbarukan dalam berbagai kegiatan perekonomian pada tahun 2025. Misalnya ialah implementasi kebijakan karbon kredit secara luas, pengalihan subsidi bahan bakar fosil menuju subsidi energi terbarukan, dan peningkatan penggunaan kendaraan listrik.
Dalam kesempatan sama, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati menerangkan konsep Energy Trilemma atau tiga tantangan utama dalam transisi energi.
Pertama adalah security untuk memastikan keamanan pasokan energi di setiap negara, lalu equity guna memastikan populasi dunia yang terus bertambah memiliki akses terhadap energi terjangkau. Terakhir ialah sustainability untuk meningkatkan penggunaan energi secara berkelanjutan dan berkeadilan.
Perwakilan Parlemen India yang turut hadir dalam acara ini juga menyerukan upaya untuk menghadapi tantangan transisi energi ini merupakan tanggung jawab bersama.
“Tujuan dari aliansi ini adalah untuk melihat bagaimana negara-negara dapat saling mendukung, bagaimana kita dapat menjadi sekutu di wilayah selatan dunia untuk benar-benar mendorong inovasi,” ungkap CEO Swaniti Global Rwitwika Bhattacharya.
Agenda yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan ini menghasilkan beberapa poin penting, mencakup urgensi peningkatan pendanaan iklim, platform berbagi pengetahuan, dan kerangka kebijakan yang lebih kuat.
Baca juga: PLN EPI memperkuat rantai pasok gas pembangkit di era transisi energi
Baca juga: Bappenas: RI berkomitmen kuat laksanakan pembangunan berkelanjutan
Baca juga: PGN optimalkan pemanfaatan LNG domestik untuk menopang transisi energi
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: