Akademisi tekankan pentingnya nalar matematika untuk bangun industri
27 November 2024 20:37 WIB
Foto arsip--Pelajar SD di Banyuwangi, Jawa Timur, mengikuti pemebelajaran matematika metode smart gasing. ANTARA/HO-Humas Pemkab Banyuwangi
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fisika Teori Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Agus Purwanto menekankan pentingnya menguatkan nalar matematika agar dapat mengembangkan bidang saintek yang pada gilirannya membangun industri.
“Maka bangunlah nalar logika matematika gitu ya, karena matematika itu adalah bahasa alam jadi kalau kita mau mengeksplorasi alam mau tidak mau kita harus paham bahasanya dan bahasanya adalah matematika,” kata Agus dalam webinar bertajuk Peran Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam Meningkatkan Daya Saing Lulusan Indonesia di Kancah Global di Jakarta pada Rabu.
Ia pun menambahkan tidak ada negara maju yang tidak memiliki fundamental atau dasar saintek yang kokoh sehingga penting bagi pendidikan tinggi untuk mengembangkan sains dan teknologi bila ingin menuju Indonesia Emas 2045.
Untuk dapat mengembangkan kedua hal tersebut, Agus pun menyarankan perlunya kolaborasi dan investasi, baik dari perguruan tinggi, kementerian dan lembaga terkait dari dalam maupun luar negeri.
Pasalnya, ia menilai masih banyak perguruan tinggi di Indonesia yang mengalami keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana untuk mengembangkan pendidikan saintek tingkat lanjut meskipun beberapa kampus ternama sudah menginisiasi kerja sama dengan pihak asing.
"Misalnya penelitian particle physics, bagaimana kita mau menemukan partikel baru jika fasilitas di Indonesia belum memadai, sedangkan Singapura yang memiliki fasilitas lebih memadai tentu memiliki peluang lebih besar,” imbuhnya.
Sarana dan prasarana itu, lanjut dia, mencakup investasi dana riset dari pemerintah yang sejauh ini alokasinya masih sangat sedikit, yakni hanya 0.2 persen dari GDP.
Di samping itu, ia pun meminta perguruan tinggi untuk mulai menggeser paradigma riset dan penelitian di bidang saintek untuk beradaptasi dengan kebaruan kebutuhan industri dan tidak hanya untuk kebaruan teoritis.
“Maka bangunlah nalar logika matematika gitu ya, karena matematika itu adalah bahasa alam jadi kalau kita mau mengeksplorasi alam mau tidak mau kita harus paham bahasanya dan bahasanya adalah matematika,” kata Agus dalam webinar bertajuk Peran Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam Meningkatkan Daya Saing Lulusan Indonesia di Kancah Global di Jakarta pada Rabu.
Ia pun menambahkan tidak ada negara maju yang tidak memiliki fundamental atau dasar saintek yang kokoh sehingga penting bagi pendidikan tinggi untuk mengembangkan sains dan teknologi bila ingin menuju Indonesia Emas 2045.
Untuk dapat mengembangkan kedua hal tersebut, Agus pun menyarankan perlunya kolaborasi dan investasi, baik dari perguruan tinggi, kementerian dan lembaga terkait dari dalam maupun luar negeri.
Pasalnya, ia menilai masih banyak perguruan tinggi di Indonesia yang mengalami keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana untuk mengembangkan pendidikan saintek tingkat lanjut meskipun beberapa kampus ternama sudah menginisiasi kerja sama dengan pihak asing.
"Misalnya penelitian particle physics, bagaimana kita mau menemukan partikel baru jika fasilitas di Indonesia belum memadai, sedangkan Singapura yang memiliki fasilitas lebih memadai tentu memiliki peluang lebih besar,” imbuhnya.
Sarana dan prasarana itu, lanjut dia, mencakup investasi dana riset dari pemerintah yang sejauh ini alokasinya masih sangat sedikit, yakni hanya 0.2 persen dari GDP.
Di samping itu, ia pun meminta perguruan tinggi untuk mulai menggeser paradigma riset dan penelitian di bidang saintek untuk beradaptasi dengan kebaruan kebutuhan industri dan tidak hanya untuk kebaruan teoritis.
Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024
Tags: