Pekerja bantuan PBB serukan gencatan senjata di Gaza
Seorang anak berjalan di dekat bendera Palestina yang berkibar di tengah puing-puing sebuah rumah yang hancur akibat serangan udara Israel di desa Johr El-Deek di dekat Jalur Gaza, Palestina, Minggu (17/8). Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kesepakatan apapun mengenai masa depan Gaza dalam perundingan gencatan senjata di Kairo haruslah bergantung pada kebutuhan keamanan Israel, memperingatkan Hamas untuk tidak melaksanakan ancaman perangnya apabila permintaan Palestina tidak terpenuhi. Dengan gencatan senjata yang berakhir Senin malam ini, juru runding kembali ke Kairo untuk memulai upaya untuk mengakhiri pertempuran selama lima minggu yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang. (REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)
Kepala kantor lapangan UNICEF di Gaza, Anne-Claire Dufay, mengatakan kepada AFP, bahwa permusuhan baru mengancam pengiriman bantuan kepada ratusan ribu anak-anak berkebutuhan akut.
"Kami sangat membutuhkan beberapa jam gencatan senjata per hari sehingga kami dapat memberikan dukungan kepada anak-anak yang terkena dampak dan keluarga-keluarga," kata Dufay kepada AFP.
Bekerja untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak selama perang enam pekan antara Israel dan Hamas untuk sementara dihentikan sejak permusuhan dilanjutkan pada Selasa, karena pembicaraan gencatan senjata terurai, katanya.
Tim UNICEF juga telah membatasi gerakan mereka, kata Dufay.
"Dalam konteks saat ini kita harus setidaknya memiliki beberapa jam sehari untuk koridor gencatan senjata kemanusiaan," katanya.
Ramesh Rajasingham, kepala Kantor untuk Koordinasi Kemanusiaan
Urusan (OCHA) di Gaza dan Tepi Barat, mengatakan, ada "kebutuhan mendesak untuk gencatan senjata segera".
Jumlah pengungsi Palestina telah meningkat menjadi 435.000, kata PBB, karena pembicaraan gencatan senjata runtuh di Kairo dan Hamas melanjutkan serangan roket ke Israel serta pesawat-pesawat tempur negara Yahudi itu membalas.
PBB memperingatkan bahwa jumlah pengungsi diperkirakan akan meningkat lagi dengan tambahan 23.000 orang sudah mencari perlindungan di 82 sekolah PBB dan dan tujuh sekolah-sekolah pemerintah.
Rajasingham mengatakan, gerakan konstan antara rumah dan tempat penampungan, ketika gencatan senjata itu baru mulai dan akhir, adalah traumatis, terutama untuk anak-anak.
"Hal ini sangat sulit bagi kita untuk melakukan pekerjaan kita, untuk menyelamatkan nyawa, melindungi dan membantu mereka yang membutuhkan, termasuk untuk staf medis untuk menyelamatkan nyawa, pekerja bantuan untuk memenuhi kebutuhan, untuk spesialis untuk membersihkan amunisi yang tidak meledak, atau untuk teknisi untuk memperbaiki kerusakan infrastruktur penting bagi masyarakat," katanya.
"Dalam jangka panjang, berhenti permanen dalam kekerasan yang berasal dari gencatan senjata tahan lama sangat penting untuk mengurangi bencana kemanusiaan di Jalur Gaza," tambahnya.
Penerjemah: Askan Krisna
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014